News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Hasil Rapat Hamas-Fatah di China, Segera Gabung Lagi dengan Otoritas Palestina

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nuryanti
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah delegasi China menemui Ismail Haniyeh, kepala biro politik Hamas di Qatar pada Minggu (17/3/2024). -- Hamas dan Fatah bertemu di China untuk membahas upaya rekonsiliasi.

TRIBUNNEWS.COM - Gerakan Fatah dan Hamas bertemu di Beijing, China, untuk mengakhiri perpecahan di antara mereka dan membahas rencana penyatuan pemerintahan Palestina.

“Perwakilan Gerakan Pembebasan Nasional Palestina dan Gerakan Perlawanan Islam baru-baru ini datang ke Beijing,” kata Lin Jian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Selasa (30/4/2024).

Kedua pihak menyatakan keinginan politik untuk bersatu melalui dialog dan konsultasi di China sebagai tuan rumah dan mediator, seperti diberitakan Hong Kong Free Press.

“Fatah dan Hamas sepakat untuk melanjutkan proses dialog ini dengan tujuan mencapai persatuan Palestina sejak dini,” ujar juru bicara itu.

“Kedua belah pihak sangat menghargai dukungan tegas China terhadap perjuangan adil rakyat Palestina dalam memulihkan hak-hak nasional mereka yang sah,” tambahnya.

Sebelumnya, Hamas dan Fatah berseteru dalam pertempuran sengit hingga Hamas menguasai Jalur Gaza pada tahun 2007 dan Fatah bertahan untuk memerintah di Tepi Barat yang diduduki Israel melalui Otoritas Palestina (PA).

Pada tahun 2014, keduanya menandatangani perjanjian rekonsiliasi dan telah berulang kali mengupayakan rekonsiliasi setelah perpecahan pada 2007 lalu.

Dalam pertemuan hari ini, Hamas dan Fatah mencapai sejumlah kesepakatan, di antaranya:

  1. Menekankan perlunya persatuan Palestina dan mengakhiri perpecahan di pemerintahan dengan PA sebagai satu-satunya perwakilan sah rakyat Palestina, dengan masuknya seluruh kekuatan termasuk faksi-faksi Palestina, dan lembaga-lembaganya, berdasarkan perjanjian sebelumnya
  2. Memperkuat persatuan Palestina dengan bantuan China, yang akan membantu mengakhiri pendudukan Israel dan mendirikan negara Palestina di Tepi Barat, Jalur Gaza dan Yerusalem sesuai dengan resolusi internasional
  3. Perlunya pembentukan pemerintahan konsensus nasional sementara (non-faksi) selama atau setelah agresi Israel berakhir, untuk melaksanakan tugas teknis dan administratif dalam memberikan bantuan, menghilangkan dampak agresi, membangun kembali Jalur Gaza, menyatukan lembaga-lembaga Palestina, dan mempersiapkan prosedur pemilihan umum yang akan menyingkirkan peran Israel dan Amerika Serikat (AS)
  4. Persatuan posisi Palestina mengenai perang di Jalur Gaza, menekankan pentingnya menghentikan perang genosida dan penarikan total tentara pendudukan dari Jalur Gaza, mengoordinasikan upaya nasional bersama untuk membawa bantuan dan pertolongan darurat ke Jalur Gaza, dan mengatur dengan otoritas terkait di Gaza (membentuk komite bilateral gabungan di Kairo untuk koordinasi dan tindak lanjut)
  5. Menyetujui perlunya menghidupkan kembali komite bersama, mengatasi permasalahan yang kita hadapi, dan menghentikan pertukaran media
  6. Mengkoordinasikan posisi dan upaya di Tepi Barat dan Yerusalem untuk menghadapi serangan pemukim Israel di desa-desa, kota-kota dan kompleks Masjid Al-Aqsa
  7. Menekankan prioritas permasalahan tahanan Palestina di penjara Israel dan perlunya menjaga hak-hak serta mendukung mereka dalam menghadapi penyiksaan dan pelecehan yang paling mengerikan di dalam penjara Israel
  8. Hal di atas merupakan agenda pertemuan selanjutnya pada tanggal 14 Juni 2024 di Beijing.

Mengapa Hamas dan Fatah Berseteru?

Hamas dibentuk pada tahun 1987 sebagai gerakan perlawanan melawan pendudukan Israel di Palestina, selain gerakan Fatah.

Baca juga: Bantu Palestina, China Jadi Tuan Rumah Perundingan Hamas dan Fatah, Upaya Akhiri Perpecahan Internal

Pada tahun 2005, Hamas memasuki politik Palestina.

Pada tahun 2006, Hamas mengikuti pemilu dan menang telak dalam pemilihan parlemen, mengalahkan Fatah.

Setelah itu, pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, membentuk Otoritas Palestina (PA) baru pada 29 Maret 2006 dan mengajak faksi Palestina lain termasuk Fatah bergabung namun menolak.

Hamas dengan tegas menolak untuk mengakui Israel sesuai dengan persyaratan Kuartet (Uni Eropa, Rusia, PBB, dan AS) untuk Perdamaian Timur Tengah, dikutip dari Al Jazeera.

Israel, AS, dan negara-negara Uni Eropa menolak berunding dengan Hamas dan menjatuhkan sanksi.

Di sisi lain, Fatah yang dipimpin Mahmoud Abbas dekat dengan AS, sekutu Israel.

Situasi memburuk hingga berujung pada pengambilalihan Jalur Gaza oleh Hamas dan pemecatan para pejabat Fatah di Jalur Gaza pada tahun 2007.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini