Di sisi lain, Gedung Putih menolak berkomentar, dan tanggapan dari Pentagon, Departemen Luar Negeri, dan Kantor Perdana Menteri Israel belum tersedia, Axios melaporkan.
Isu Retaknya Hubungan Biden dan Netanyahu
Dilaporkan juga kekhawatiran pemerintahan Biden berkisar pada potensi Israel untuk menyerang kota Rafah di Gaza selatan, tempat lebih dari satu juta pengungsi Palestina mencari perlindungan.
“Netanyahu mengisyaratkan ketegangan dengan pemerintahan Biden dalam sebuah pernyataan pada Hari Peringatan Holocaust yang dikeluarkan pada hari Minggu,” kata Axios.
Pernyataan Netanyahu pada Hari Peringatan Holocaust tampaknya menunjukkan adanya gesekan, menekankan perlunya pertahanan diri dan menyiratkan kesiapan untuk bertindak independen jika diperlukan.
“Dalam Holocaust yang mengerikan, ada pemimpin-pemimpin besar dunia yang berdiam diri; oleh karena itu, pelajaran pertama dari Holocaust adalah: Jika kita tidak membela diri kita sendiri, tidak ada yang akan membela kita. Dan jika kami perlu berdiri sendiri, kami akan berdiri sendiri,” ujar Netanyahu.
Axios juga melaporkan tentang percakapan 'sulit' antara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Netanyahu selama kunjungan ke Israel Rabu lalu.
Blinken dilaporkan memperingatkan Netanyahu agar tidak melakukan operasi militer besar-besaran di Rafah, dengan menyatakan bahwa hal itu akan menimbulkan penolakan publik dari AS dan memperburuk hubungan AS-Israel.
Sehari kemudian, juru bicara Gedung Putih John Kirby memperkuat pesan ini dengan menunjukkan bahwa Presiden Biden serius mengenai potensi perubahan kebijakan AS mengenai perang Gaza jika Israel melanjutkan operasi darat di Rafah tanpa mempertimbangkan penderitaan para pengungsi.
Namun, Netanyahu telah menegaskan bahwa dia tidak bersedia mengakhiri perang sebagai bagian dari kesepakatan pertukaran tawanan dan menegaskan bahwa invasi ke Rafah akan terjadi dalam waktu dekat.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)