Kepala pemukiman tersebut, Avichai Stern, mengatakan puluhan rumah, gedung, dan kendaraan hancur total.
“Sayangnya, hal ini sudah menjadi kenyataan selama beberapa bulan terakhir, tanpa adanya rencana untuk bergerak maju atau jangka waktu yang dapat memberi tahu kita berapa lama lagi kita harus menderita,” katanya, Jumat (10/5/2024).
Dia juga mengecam Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang tidak menjamin keamanan pemukiman tersebut.
“Sampai hari ini, 40 persen warga Kiryat Shmona menolak untuk kembali jika sekolah tidak dibuka pada tanggal 1 September," katanya, dikutip dari Yedioth Ahronoth.
Sebelumnya pada 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan solidaritas untuk rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza.
Hizbullah yang berbasis di Lebanon selatan terlibat pertempuran dengan tentara Israel di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Jumlah Korban
Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 34.943 jiwa dan 78.572 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Jumat (10/5/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Israel memperkirakan, kurang lebih ada 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel