TRIBUNNEWS.COM - Perlawanan Islam di Lebanon, Hizbullah, meluncurkan setidaknya 35 roket ke Kiryat Shmona di Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Serangan itu memicu kebakaran di lereng bukit yang berkobar selama berjam-jam, memicu evakuasi massal terhadap wilayah itu.
Setidaknya 20 roket mendarat di pemukiman tersebut, sedangkan 15 roket berhasil dicegat oleh Iron Dome, menurut klaim Israel.
Stasiun Pemadam Kebakaran Israel Utara mengatakan 10 timnya berpartisipasi dalam memadamkan api di Kiryat Shmona.
Kemarin, Jumat (10/5/2024), Hizbullah mengumumkan pejuangnya menggunakan roket Katyusha untuk menargetkan pangkalan Israel di Khirbet Maar, dekat perbatasan Lebanon.
Sekitar satu setengah jam setelah menargetkan pangkalan tersebut, tentara Israel berkumpul di pangkalan tersebut untuk menghilangkan kerusakan.
Melihat situasi tersebut, Hizbullah kembali menargetkan lokasi tersebut untuk kedua kalinya dengan puluhan roket Katyusha, termasuk wilayah Kiryat Shmona.
"Pejuang menargetkan Kiryat Shmona dengan roket Katyusha, selain menargetkan barak Yitfah dengan senjata roket dan peluncur elang," kata Hizbullah dalam pernyataannya, dikutip dari Al Mayadeen.
Serangan tersebut adalah respon Hizbullah terhadap serangan Israel di desa-desa dan penargetan warga sipil di kota Tayr Harfa di Lebanon selatan.
Kemarin siang, pejuang Hizbullah menargetkan dan menghancurkan peralatan mata-mata Israel yang baru dikembangkan di situs Miskav Am di Galilei Atas yang diduduki.
Hizbullah juga menargetkan situs Al-Samaqa di perbukitan Kfar Shuba di Lebanon yang diduduki.
Baca juga: Tentara Israel Tewas dalam 8 Operasi Gabungan Hizbullah di Utara Palestina
Sementara itu, serangan Israel masih berlanjut di wilayah Lebanon selatan.
Sedangkan pesawat Israel menyerang wilayah timur Lebanon di kota Khiam, Kafr Kila, Taybeh, dan Mays Al-Jabal.
"Pendudukan melemparkan bom fosfor pembakar di pinggiran Halta dan Kafr Shuba (di Lebanon selatan)," kata sumber-sumber Hizbullah.
Kiryat Shmona Terbakar
Kepala pemukiman tersebut, Avichai Stern, mengatakan puluhan rumah, gedung, dan kendaraan hancur total.
“Sayangnya, hal ini sudah menjadi kenyataan selama beberapa bulan terakhir, tanpa adanya rencana untuk bergerak maju atau jangka waktu yang dapat memberi tahu kita berapa lama lagi kita harus menderita,” katanya, Jumat (10/5/2024).
Dia juga mengecam Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang tidak menjamin keamanan pemukiman tersebut.
“Sampai hari ini, 40 persen warga Kiryat Shmona menolak untuk kembali jika sekolah tidak dibuka pada tanggal 1 September," katanya, dikutip dari Yedioth Ahronoth.
Sebelumnya pada 8 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan solidaritas untuk rakyat Palestina yang menghadapi agresi Israel di Jalur Gaza.
Hizbullah yang berbasis di Lebanon selatan terlibat pertempuran dengan tentara Israel di perbatasan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Jumlah Korban
Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi 34.943 jiwa dan 78.572 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Jumat (10/5/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, seperti dilaporkan Anadolu.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023).
Israel memperkirakan, kurang lebih ada 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
Sementara itu, lebih dari 8.000 warga Palestina yang masih berada di penjara-penjara Israel, menurut laporan The Guardian pada Desember 2023 lalu.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel