TRIBUNNEWS.COM - Pernyataan mengejutkan muncul dari Amerika Serikat (AS) ketika Israel terus mengepung Kota Rafah di Gaza selatan.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Jake Sullivan menyebut AS tak percaya bahwa genosida terjadi di Gaza.
Meski tak mempercayai adanya genosida di Gaza, AS tetap meminta Israel untuk berbuat lebih banyak untuk melindungi warga sipil Palestina.
Sullivan bersikeras bahwa tanggung jawab perdamaian berada di tangan kelompok militan Hamas.
"Kami percaya Israel dapat dan harus berbuat lebih banyak untuk menjamin perlindungan dan kesejahteraan warga sipil yang tidak bersalah."
"Kami tidak percaya apa yang terjadi di Gaza adalah genosida," kata Sullivan, dikutip dari Arab News.
Istilah genosida yang diterima secara internasional, lanjut Sullivan, mencakup pada niat untuk mencapai penilaian ini.
Sullivan menambahkan, Presiden Joe Biden ingin melihat Hamas dikalahkan, tetapi menyadari bahwa warga sipil Palestina berada di "neraka".
Pernyataan Sullivan ini untuk menegaskan posisi pemerintahan Biden mengenai konflik antara Hamas dengan Israel.
Saat ini, Biden tengah mendapat kecaman dari Partai Republik karena menghentikan sejumlah pengiriman senjata untuk memenuhi tuntutannya agar Israel menunda serangan Rafah.
Sementara itu, protes di universitas-universitas AS terus meluas yang menuntut Biden untuk tidak terus mendukung Israel.
Baca juga: Dilema Besar Israel: Akan Kalah Besar jika Setop Perang, Terjun ke Jurang jika Nekat Teruskan
Serangan dari Utara dan Selatan
Pasukan Israel terus menyerbu jauh ke dalam tepi utara Gaza pada Senin (13/5/2024).
Sementara itu, di selatan ada tank dan tentara yang menerobos jalan raya menuju Rafah, membuat warga sipil Palestina berebut mencari keselamatan.
Beberapa pertempuran paling sengit selama berminggu-minggu terjadi di wilayah utara dan selatan.
Operasi Israel di Rafah, yang berbatasan dengan Mesir, telah menutup titik perlintasan utama bantuan.
Kelompok-kelompok kemanusiaan mengatakan hal ini memperburuk situasi yang sudah mengerikan.
Dikutip dari Reuters, ratusan ribu orang kembali mengungsi.
Sekitar setengah penduduk Gaza berlindung di sana setelah Israel memerintahkan evakuasi dari Gaza utara pada bulan Oktober.
Baca juga: Pemukim Israel Kembali Berulah, Cegat Truk Bantuan Menuju Gaza, Buang Paket Makanan di Jalanan
Otoritas kesehatan Gaza meminta tekanan internasional untuk membuka kembali akses melalui perbatasan selatan untuk memungkinkan masuknya bantuan, pasokan medis dan bahan bakar untuk pembangkit listrik dan ambulans.
“Yang terluka dan sakit mengalami kematian yang lambat karena tidak ada perawatan dan pasokan serta mereka tidak dapat melakukan perjalanan,” katanya.
Seorang anggota staf keamanan asing PBB tewas pada hari Senin ketika sebuah kendaraan bertanda PBB yang sedang menuju ke sebuah rumah sakit di Rafah ditabrak – kematian internasional pertama PBB dalam perang Gaza, kata seorang juru bicara PBB.
Sehingga total korban tewas personel PBB menjadi sekitar 190 orang.
Di Jabalia, Gaza utara, sebuah kamp pengungsi luas yang dibangun untuk pengungsi Palestina 75 tahun lalu, pasukan Israel mendesak ke wilayah yang mereka klaim telah membubarkan Hamas beberapa bulan lalu.
Baca juga: Rudal Berat Jihad Mughniyeh, Senjata Baru Hizbullah yang Langsung Hantam Tentara Israel di Sheeba
Warga melarikan diri di sepanjang jalan yang dipenuhi puing-puing sambil membawa tas berisi barang-barang.
Peluru tank mendarat di tengah kamp dan pejabat kesehatan mengatakan mereka telah menemukan 20 mayat dari serangan udara semalam.
"Kami tidak tahu ke mana harus pergi. Kami telah mengungsi dari satu tempat ke tempat lain."
"Kami berlarian di jalanan. Saya melihatnya dengan mata kepala sendiri. Saya melihat tank dan buldoser. Di sanalah jalan," kata seorang perempuan yang tidak menyebutkan namanya.
Serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Al-Nuseirat di Jalur Gaza tengah menewaskan sedikitnya delapan orang, kata Mahmoud Basal, juru bicara Layanan Darurat Sipil Gaza.
Baca juga: Kendaraan WHO Diserang Israel, Tewaskan Staf Keamanan dan Seorang Pekerja Asing Alami Luka Berat
Mahmoud Basal mengatakan beberapa orang lainnya terluka dan hilang.
Korban tewas warga Palestina dalam perang tersebut kini telah melampaui 35.000 orang, dengan 57 orang tewas dalam 24 jam terakhir, menurut pejabat kesehatan Gaza, yang angkanya tidak membedakan antara warga sipil dan pejuang.
(Tribunnews.com/Whiesa)