Tertawakan Seruan Netanyahu yang Minta Perlawanan Menyerah dan Letakkan Senjata, Hamas: Konyol, Israel Ketakutan
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Hamas Izzat al-Rishq menggambarkan pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyerukan agar gerakan pembebasan tersebut menyerah dan meletakkan senjata sebagai pernyataan "konyol".
Dilaporkan, Netanyahu menyatakan kalau perang Gaza dapat dihentikan jika Hamas menyerah, meletakkan senjatanya, dan membebaskan sandera.
Seolah menertawakan pernyataan itu, Al-Rishq berkata kalau ucapan Netanyahu justru menggambarkan ketakutan Israel setelah menjalani 220 hari agresi tanpa mencapai target apa pun yang mereka tetapkan.
Baca juga: Tank-Tank IDF Menyemut, AS: Israel Kerahkan Kekuatan yang Cukup untuk Besar-besaran Menyerang Rafah
“(Pernyataan tersebut) menunjukkan tingkat ketakutan akan meningkatnya laju dukungan pada perjuangan rakyat kami dan delegitimasi mereka di seluruh dunia. Dan sekali lagi, (pernyataan itu) mengungkap kekalahan bersejarahnya di hadapan ketabahan rakyat kami dan keberanian perlawanan kita, yang... Epik heroik ditulis setiap hari di tanah Gaza, di semua lini keterlibatan,” kata dia.
Al-Rishq menambahkan: “Pernyataan penjahat Netanyahu ini mencerminkan realitas situasi krisis yang dia alami setelah 220 hari agresi dan perang genosida, yang dia lakukan terhadap rakyat kami di Jalur Gaza. Di mana dia belum mencapai apa pun dari tujuan agresifnya, kecuali melakukan pembantaian yang lebih mengerikan terhadap warga sipil yang tidak berdaya.”
Dia menambahkan: “Netanyahu juga menjual ilusi dengan berbicara tentang diskusi tentang memastikan para pemimpin gerakan perlawanan dievakuasi keluar dari Jalur Gaza dan diasingkan.”
“Ini menegaskan sekali lagi bahwa dia masih menjalani ilusi dan impiannya untuk mencapai kemenangan yang tidak akan pernah tercapai, atau menyerang simbol-simbol rakyat kami dan perlawanan kami di Jalur Gaza, siapa tahu tidak kalah atau menyerah,” kata Al-Rishq.
Baca juga: Rencana Israel Invasi Rafah Kacau-balau, Hamas Cs Paksa Divisi IDF Pontang-panting di Gaza Utara
AS Mulai Balik Badan
Masalah Israel dalam mewujudkan niat mereka menyapu rata Rafah dan terus melanjutkan perang juga mendapat tantangan dari sekutu abadi mereka sendiri, Amerika Serikat (AS).
memutuskan menangguhkan pengiriman senjata ke Israel, termasuk sekitar 3500 bom berat.
Penangguhan tersebut terjadi saat Perdana Menteri Israel melanjutkan serangan militer terhadap kota Rafah di Palestina, meskipun ada keberatan dari Presiden AS Joe Biden.
Mengutip Reuters, berikut 6 hal yang perlu diketahui seputar penangguhan persenjataan tersebut.
1. Bom apa saja yang ditangguhkan?
AS menghentikan satu pengiriman yang terdiri dari 1.800 bom seberat 2.000 pon (907 kg) dan 1.700 bom seberat 500 pon, menurut para pejabat AS.
Empat sumber mengatakan pengiriman tersebut, yang telah tertunda selama setidaknya dua minggu, melibatkan Joint Direct Attack Munitions buatan Boeing, yang mengubah "bom bodoh" menjadi bom berpemandu presisi, serta Bom Diameter Kecil (SDB-1).
SDB-1 adalah bom luncur berpemandu presisi yang mengemas 250 pon bahan peledak.