Tentara Israel Tembaki Konvoi Mobil PBB di Rafah, Sopir WHO Tewas Tertembak, Lebih 200 Relawan Tewas
TRIBUNNEWS.COM- Tentara Israel menembaki konvoi mobil PBB di Rafah, mereka membunuh pekerja bantuan asing. Sopir mobil WHO tewas.
Militer Israel menembak dan membunuh seorang pekerja LSM asing dan melukai lainnya pada tanggal 13 Mei di kota Rafah di Gaza selatan, pemerintah setempat melaporkan.
Kedua pekerja bantuan tersebut berada di dalam kendaraan PBB yang dengan jelas memperlihatkan bendera dan logo PBB ketika mereka diserang Israel.
Video kendaraan yang menjadi sasaran menunjukkan beberapa lubang peluru menembus jendela.
“Kami mengutuk keras kekejaman yang dilakukan oleh pendudukan Israel terhadap penduduk Palestina dan pekerja bantuan asing di Gaza,” kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh pemerintah di Gaza.
“Kami mendesak semua negara untuk mengecam tindakan tercela ini.”
Baca juga: Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Tidak Berada di Rafah, Ia Baru-baru Ini Bertemu dengan Beberapa Pejuang
Hingga kini, pasukan Israel telah membunuh lebih dari 200 pekerja bantuan sejak awal perang ketika mereka menerapkan blokade yang berat
Sebelumnya, pada tanggal 1 April, pesawat tak berawak Israel melepaskan tembakan dan menewaskan tujuh pekerja bantuan barat yang mengirimkan bantuan makanan di Gaza. Tiga rudal berturut-turut menghancurkan mobil mereka.
Militer Israel telah memberi wewenang kepada pekerja bantuan dari badan amal World Central Kitchen yang berbasis di AS untuk membantu mentransfer pasokan bantuan dari pantai ke gudang.
Koki selebriti José Andrés, pendiri organisasi tersebut, menuduh Israel sengaja menargetkan para pekerja bantuan.
Pada tanggal 5 April, setidaknya 203 pekerja bantuan telah dibunuh oleh Israel, menurut Database Keamanan Pekerja Bantuan, yang melacak serangan terhadap pekerja bantuan kemanusiaan di seluruh dunia.
Arvind Das dari Komite Penyelamatan Internasional (IRC) yang bermarkas di AS mengatakan kepada Majalah Time bahwa penargetan pekerja bantuan oleh Israel.
Israel telah berusaha membatasi makanan, air, dan pasokan lainnya ke Gaza meskipun ada tekanan internasional dan peringatan akan terjadinya kelaparan.