"Dan itu akan sangat sulit bagi mereka karena [rezim] sangat tidak populer dan kita melihat jumlah pemilih yang berpartisipasi dalam pemilu parlemen mencapai rekor rendah satu atau dua minggu yang lalu," kata Parsi kepada Newsweek melalui telepon pada hari Minggu.
Dia menambahkan: “Bagi mereka untuk dapat membangkitkan antusiasme di negara ini terhadap pemilu, itu akan menjadi tantangan dan akan menjadi hal yang sangat sulit bagi mereka."
"Dan ini akan menjadi perebutan kekuasaan yang sangat intens mengenai siapa yang akan menjadi presiden berikutnya."
Menurut Newsweek, Raisi memenangkan pemilihannya dengan hampir 18 juta suara dari 28,9 juta suara.
Banyak pemilih yang berhaluan moderat dan liberal memilih untuk tidak memilih pada pemilu tahun 2021 karena mereka merasa pemilu tersebut tidak jujur, menurut The New York Times.
Parsi mengatakan tantangan kedua adalah spekulasi apakah faktor penyebab kecelakaan hanyalah semata-mata karena keadaan cuaca atau masalah teknis lainnya.
"Yang kedua tentu saja, karena adanya spekulasi bahwa dia (Raisi) adalah salah satu pesaing atau calon utama untuk mengambil alih posisi pemimpin tertinggi, hal ini akan menjadi tantangan tersendiri karena meskipun ini hanya sebuah kecelakaan yang sah, akan memicu spekulasi bahwa ini adalah tindakan curang dan ada kaitannya dengan suksesi siapa yang akan mengambil alih posisi kepemimpinan tertinggi,” katanya.
Perkembangan Terbaru Kecelakaan Pesawat Presiden Iran
- Mengutip Aljazeera, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah mengukuhkan Wakil Presiden Pertama Mohammad Mokhber sebagai penjabat presiden Iran setelah kematian Presiden Ebrahim Raisi.
- Khamenei juga mengumumkan lima hari berkabung nasional.
- Pemilu untuk memilih presiden baru akan diadakan dalam waktu 50 hari.
- Para pemimpin dunia dan regional menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Raisi dan Amirabdollahian.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)