Pasukan Israel Merangsek Jauh ke Dalam Rafah, Badan PBB: Tak Ada Zona Aman di Gaza
TRIBUNNEWS.COM - Radio Tentara Israel melaporkan, pasukan tentara Israel (IDF) bergerak maju jauh ke Rafah di Jalur Gaza selatan dan kini berposisi di lingkungan Brasil.
Radio tersebut menambahkan bahwa pasukan IDF juga sudah menduduki dua pertiga Koridor Philadelphia.
Baca juga: Mesir Beri Sinyal ke Hamas Cs, Gabung Perang Kalau Israel Rebut Kendali Koridor Philadelphia
Pergerakan tentara Israel ini beriring perlawanan sengit dari faski-faksi milisi perlawanan Palestina.
Al Jazeera Arab melaporkan adanya pertempuran sengit antara Israel dengan kelompok bersenjata Palestina di Kota Rafah selatan, Rabu (22/5/2024).
Dalam laporan tersebut, jet Israel mebombardir sebuah rumah dan menewaskan setidaknya enam orang.
Sementara itu, Israel juga telah melakukan serangan pada dini hari tadi di Gaza tengah dan menyebabkan 10 orang tewas.
Pada Selasa malam, Israel menyerang Kota Gaza dan menyebabkan delapan orang tewas.
Baca juga: Jenderal Top Pentagon Ungkap Kebodohan Berulang Strategi Militer Israel di Gaza: Hamas Itu Ideologi
Lalu di Jabalia, unit gawat darurat Rumah Sakit Kamal Adwan dihantam rudal Israel yang menyebabkan staf panik bergegas membawa pasien ke tempat yang lebih aman.
"Rudal pertama ketika menghantam, menghantam pintu masuk unit gawat darurat. Kami mencoba masuk, lalu rudal kedua menghantam, dan rudal ketiga menghantam gedung di dekatnya," kata kepala rumah sakit, Hussam Abu Safia, dikutip dari Reuters.
"Kami tidak bisa kembali menemui mereka. Unit gawat darurat menyediakan layanan untuk anak-anak, orang tua, dan orang-orang di dalam departemen rumah sakit," terangnya.
Tak hanya Rumah Sakit Kamal Adwan, tank Israel juga mengepung Rumah Sakit Al-Awda untuk hari ketiga.
Baca juga: Tujuh Brigade Milisi Palestina Kumpul di Jabalia: Qassam Serang Heli Apache, Bom Tank Merkava Israel
Khan Younis Tak Luput dari Serangan
Serangan udara Israel menewaskan tiga anak di sebuah rumah di Khan Younis.
Di sebelah timur Khan Younis, warga mengatakan mereka melarikan diri dari kota Khuzaa setelah pasukan Israel mulai melakukan serangan di tepi timur wilayah tersebut.
"Pengeboman terjadi di mana-mana, orang-orang pergi dengan panik. Ini adalah serangan yang mengejutkan," kata seorang warga, dikutip dari Arab News.
Baca juga: Tuai Kecaman, Israel Batal Tutup Siaran Langsung Associated Press di Gaza, Sempat Sita Kamera
UNRWA, badan utama PBB di Gaza, memperkirakan pada hari Senin bahwa lebih dari 800.000 orang telah melarikan diri sejak Israel mulai menargetkan Rafah.
Pada hari Selasa, UNRWA mengatakan distribusi makanan telah ditangguhkan di Rafah karena kurangnya pasokan dan ketidakamanan.
Israel telah berjanji untuk melanjutkan serangan Rafah untuk membasmi empat batalyon pejuang Hamas yang tersisa yang bersembunyi di sana.
Tank-tank menyerbu ke pinggiran timur Rafah di Jeneina, Al-Salam, dan Brasil, menurut warga.
UNRWA: Tak Ada Zona Aman di Gaza
Terkait invasi Israel yang terus berlanjut, Komisaris Jenderal UNRWA, badan PBB yang menangani masalah pengungsi Palestina, Philippe Lazzarini mengatakan kalau hampir separuh penduduk Rafah atau 800.000 orang, terpaksa mengungsi sejak Pasukan Israel memulai operasi militer di wilayah tersebut pada 6 Mei.
“Menanggapi perintah evakuasi yang menuntut orang-orang mengungsi ke apa yang disebut zona aman, orang-orang terutama pergi ke daerah tengah, dan Khan Younis termasuk ke wilayah yang bangunannya sudah hancur,” tambah Lazzarini dalam pernyataan yang diposting di akun X-nya.
Dia berkata, “Sejak perang di Gaza dimulai, warga Palestina terpaksa mengungsi berkali-kali untuk mencari keselamatan yang belum pernah mereka temukan, termasuk di tempat penampungan UNRWA.”
“Ketika orang berpindah, mereka terpapar, tanpa koridor atau perlindungan yang aman. Setiap saat, mereka terpaksa meninggalkan beberapa barang yang mereka miliki: kasur, tenda, peralatan memasak, dan persediaan pokok yang tidak dapat mereka bawa atau bayar untuk transportasinya. Setiap saat, mereka harus memulai dari awal lagi," kata ketua UNRWA.
“Daerah tempat orang-orang mengungsi sekarang tidak memiliki persediaan air bersih atau fasilitas sanitasi.”
Komisaris Jenderal UNRWA mengatakan bahwa klaim bahwa masyarakat di Gaza dapat pindah ke zona “aman” atau “kemanusiaan” adalah salah.
“Gaza tidak memiliki zona aman,” tegas Lazzarini.
Situasi ini sekali lagi menjadi lebih buruk karena kurangnya bantuan dan pasokan dasar kemanusiaan, Lazzarini memperingatkan, seraya mencatat bahwa komunitas kemanusiaan tidak memiliki persediaan lagi untuk diberikan, termasuk makanan dan kebutuhan pokok lainnya.
(oln/khbrn/JN/*)