Juru bicara Fatah menilai Washington dengan operasi ini menciptakan alternatif bagi pendudukan untuk melanjutkan serangannya ke Rafah dan mendapatkan kendali penuh atas Jalur Gaza.
Ia melanjutkan bahwa pilihan paling efektif untuk memberikan bantuan ke Jalur Gaza adalah dengan menghentikan agresi dan pertumpahan darah, dan tidak mengendalikan penyeberangan Rafah, yang merupakan pintu gerbang bantuan utama dan paling operasional dibandingkan dengan dermaga terapung.
Juru bicara Fatah meminta warga Palestina di Gaza untuk tidak menganggap pelabuhan ini hanya sebagai koridor pengiriman bantuan kemanusiaan, dan waspada terhadap segala upaya yang mungkin mendorong penggunaan pelabuhan ini sebagai titik persimpangan untuk menggusur mereka dengan dalih apa pun, baik terpaksa, sukarela, atau dalih kemanusiaan.
Pernyataan Hamas
Juga pada Jumat pekan lalu, Hamas sempat menekankan urgensi dermaga air terapung tidak lah semendesak membuka seluruh penyeberangan darat yang diblokade Israel.
"Gerakan tersebut mengatakan, dalam sebuah pernyataan, bahwa rute apa pun untuk membawa bantuan, termasuk terminal air, bukanlah alternatif untuk membuka semua penyeberangan darat di bawah pengawasan Palestina, dan menekankan penolakannya terhadap kehadiran militer atau kekuatan apa pun di tanah Palestina," tulis laporan Khaberni.
Maret lalu, NBC mengutip para pejabat Amerika yang mengatakan bahwa Israel sedang mempertimbangkan untuk membuat kontrak dengan perusahaan keamanan swasta internasional untuk mengamankan pengiriman bantuan di Jalur Gaza melalui dermaga apung.
Penduduk Jalur Gaza, terutama sekitar dua juta pengungsi, menderita kekurangan pasokan makanan akibat Israel terus menutup penyeberangan Rafah selama berhari-hari.
Israel juga menutup akses penyeberangan Kerem Shalom untuk yang ke-14 kalinya di tahun ini
Sementara perang yang terus berkecamuk mendorong Gaza ke dalam cengkeraman kelaparan, menurut peringatan dari organisasi kemanusiaan internasional.
Baca juga: Pasukan Israel Merangsek Jauh ke Dalam Rafah, Badan PBB: Tak Ada Zona Aman di Gaza
Kamis lalu, Olga Cherevko, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Gaza, memperingatkan penghentian total pekerjaan bantuan di Jalur Gaza dalam dua atau tiga hari jika bahan bakar terus tidak masuk ke Jalur Gaza.
Perang Israel di Jalur Gaza, yang didukung secara militer, politik, dan intelijen oleh Washington, menyebabkan lebih dari 114.000 warga Palestina tewas dan terluka, sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan perempuan, dan sekitar 10.000 orang hilang, di tengah kehancuran besar-besaran dan kelaparan yang merenggut nyawa anak-anak. dan orang tua.
Israel terus melanjutkan perang sejak 7 Oktober 2023, meskipun telah dikeluarkan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk segera menghentikan pertempuran.
Mahkamah Internasional juga menuntut pendudukan Israel untuk segera menghentikan perang dan segera mengambil tindakan untuk mencegah tindakan genosida dan memperbaiki situasi kemanusiaan di Jalur Gaza.
(oln/khbrn/*)