Israel Kecolongan, Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Periksa Pasukan dan Jalan-Jalan di Jalur Gaza
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Gerakan Pembebasan Hamas, Yahya Sinwar dilaporkan sempat muncul dan berjalan-jalan di Jalur Gaza.
Kabar itu disampaikan seorang pejabat Hamas yang berbicara secara anonim kepada surat kabar Al-Araby Al-Jadeed yang berbasis di London dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Rabu (22/5/2024).
Baca juga: Israel Gempur Habis-habisan, Hamas Main Kucing-kucingan: Yahya Sinwar Ternyata Tak Ada di Rafah
Laporan ini membantah klaim Israel kalau Sinwar terputus dari pasukannya di lapangan, dan mengatakan bahwa pemimpin gerakan tersebut bertemu dengan para pejuang dan meninjau lokasi di mana petempur mereka bentrokan dengan Pasukan Pertahanan Israel.
Selama ini, intelijen, pejabat, dan media-media Israel mengklaim kalau Yahya Sinwar berada di persembunyiannya di bawah tanah.
Israel telah menjadikan pelenyapan Sinwar sebagai elemen kunci dari tujuannya untuk menghancurkan Hamas setelah serangan Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
Sejak itu, Israel melancarkan perang dan bombardemen buta yang masih berlangsung di Jalur Gaza.
Baca juga: Invasi Rafah Bakal Sia-sia, Eks-Panglima Perang IDF: Kami Gagal Membunuh Al-Deif dan Yahya Sinwar
Sinwar Secara Efektif Mengomandoi Pasukan Lapangan
Para pejabat Israel mengklaim bahwa Sinwar terpaksa bersembunyi di jaringan terowongan Hamas yang luas di bawah Gaza, membuatnya terisolasi dari orang-orang bersenjata kelompok tersebut.
Mereka mengindikasikan dia kemungkinan berada di terowongan di bawah Khan Younis atau Rafah, dikelilingi oleh sandera.
Namun, sumber Hamas mengatakan bahwa Sinwar “secara efektif memimpin gerakan di lapangan,” menurut tinjauan wawancara dengan Al-Araby Al-Jadeed, yang dimuat oleh situs surat kabar berbahasa Inggris New Arab.
Sinwar, kata sumber tersebut, “baru-baru ini memeriksa daerah-daerah yang menjadi saksi bentrokan antara kelompok perlawanan dan tentara pendudukan, dan bertemu dengan beberapa pejuang gerakan tersebut di atas tanah dan bukan di dalam terowongan.”
“Dalam diskusi baru-baru ini antara pimpinan gerakan secara internal dan eksternal, Sinwar memberi pengarahan kepada pimpinan eksternal gerakan tersebut mengenai situasi perlawanan di Jalur Gaza,” dan memberikan informasi terkini mengenai kemampuan tempurnya, kata sumber tersebut.
Sumber tersebut mencatat kalau pertemuan tersebut berlangsung di rumah para pemimpin Hamas.
Para pejabat Israel tidak segera mengomentari laporan tersebut.
Netanyahu Berbohong
Forum yang mewakili keluarga sandera yang diculik dari Israel selama serangan Hamas pada bulan Oktober mengatakan dalam sebuah pernyataan kalau pejabat intelijen mempelajari laporan tersebut dan menemukan bahwa informasi tersebut “dapat diandalkan (dipercaya).”
“Keluarnya Sinwar dari dalam terowongan sementara para sandera mendekam di ruang bawah tanah adalah gambaran kegagalan Israel,” kata forum tersebut.
Ketika berbicara kepada pihak pemerintah Israel, pernyataan tersebut mengatakan “jika para sandera tidak ada dalam pikiran Anda, tidak akan ada penebusan dan tidak ada kemenangan.”
Channel 13 mengutip sumber Hamas yang mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa, “Meskipun terjadi perang, Sinwar tidak terlepas dari dunia nyata, namun terus menjalankan tugasnya sebagai pemimpin di lapangan. Wacana bahwa dia dikucilkan di terowongan tidak lebih dari klaim [Perdana Menteri Benjamin] Netanyahu, yang dirancang untuk menyenangkan publik Israel dan sekutunya.”
Baca juga: Hamas Rilis Video Terbaru Tahanan Israel: Kirim Pesan ke Keluarga Sandera, 4 IDF 10 Tahun di Penjara
30 Jenderal Israel Jadi Tahanan Hamas
Pada tanggal 7 Oktober, Hamas memimpin serangan lintas batas besar-besaran terhadap Israel.
Pihak Israel mengklaim, ada 3.000 penyerang yang menerobos perbatasan dengan Jalur Gaza dan menculik 253 orang untuk disandera di daerah kantong Palestina.
“Tentu saja tidak mungkin untuk menentukan secara akurat jumlah tahanan yang masih hidup, namun yang pasti adalah jumlah tersebut lebih tinggi dari jumlah yang beredar di media Ibrani,” kata sumber tersebut.
Dia mengklaim, Hamas menahan sekitar 30 “jenderal dan perwira Shin Bet” yang ditangkap pada tanggal 7 Oktober, dengan mengatakan bahwa mereka ditahan di “lokasi yang sangat aman” dan “tidak mungkin untuk mencapai mereka.”
Adapun IDF secara resmi mengkonfirmasi kematian 34 orang yang diculik pada 7 Oktober dan masih ditahan oleh Hamas, mengutip informasi intelijen baru dan temuan yang diperoleh pasukan Israel yang beroperasi di Gaza.
Namun, para pejabat Israel dan AS mengatakan jumlah korban tewas mungkin jauh lebih tinggi.
Terdapat 133 sandera yang masih disandera.
Sumber tersebut juga mengklaim bahwa Hamas telah menawarkan untuk membebaskan 40 sandera pada tahap pertama proposal gencatan senjata sementara baru-baru ini, dan bukan hanya 20 orang, seperti yang dilaporkan di Israel.
Hamas akhirnya menolak usulan tersebut.
“Sejak berakhirnya putaran itu, kemarahan AS telah memuncak setelah gagal melalui semua upaya tekanan untuk memaksa perlawanan agar menerima syarat penyerahan demi kepentingan pemerintah pendudukan dan membebaskan tahanan Israel tanpa komitmen nyata untuk mengakhiri penderitaan rakyat Palestina,” kata sumber Hamas.
“Satu-satunya jalan untuk membebaskan tahanan pendudukan terletak pada negosiasi yang disertai komitmen gencatan senjata dan rekonstruksi,” kata sumber tersebut.
(oln/toi/*)