Meski telah mendapatkan tekanan dunia, Netanyahu menyampaikan pesan menantang dari mimbar Knesset pada Senin malam.
Ia telah bersumpah untuk terus berperang di Gaza meskipun ada kecaman internasional atas serangan di Rafah.
Netanyahu juga menolak tuduhan bahwa pemerintahnya tidak melakukan negosiasi dengan itikad baik untuk pembebasan sandera yang ditahan.
"Mereka yang mengatakan mereka tidak siap menghadapi tekanan mengibarkan bendera kekalahan; Saya tidak akan mengibarkan bendera seperti itu, saya akan terus berjuang sampai bendera kemenangan dikibarkan," ungkap Netanyahu.
"Saya tidak bermaksud mengakhiri perang sebelum semua tujuan tercapai."
"Jika kita menyerah, pembantaian akan kembali terjadi. Jika kita menyerah, kita akan memberikan kemenangan besar terhadap teror dan Iran," tegasnya.
Baca juga: Dunia Kutuk Pasukan Netanyahu yang Bakar Hidup-hidup Pengungsi Rafah: Israel Ciptakan Akar Kebencian
Komentar Netanyahu muncul hanya beberapa jam setelah anggota parlemen Gadi Eisenkot, yang merupakan pengamat di kabinet perang, dilaporkan mengatakan kepada Komite Urusan Luar Negeri dan Keamanan Knesset bahwa Israel harus menghentikan serangannya di Rafah.
Menurut laporan media Ibrani, Eisenkot mengatakan kepada komite tersebut bahwa hal yang benar untuk dilakukan di Jalur Gaza adalah mencapai akhir pertempuran di Rafah.
"Sama seperti kita berhenti melakukan gencatan senjata terakhir kali, kita dapat menghentikan pertempuran dan kembali melakukan gencatan senjata selama diperlukan untuk mencapai tujuan perang," kata Eisenkot.
Mengutuk perdana menteri atas penanganan konflik selama debat 40 tanda tangan, Pemimpin Oposisi Yair Lapid pada hari Senin meminta Netanyahu untuk duduk guna menyepakati tanggal pemilu sehingga Israel dapat “memiliki pemerintahan yang baik”.
(Tribunnews.com/Whiesa)