News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Perwira IDF: Hamas Pasang Kamera Pengintai di Tiap Sudut Rafah, Tentara Israel Sengsara Kena Jebakan

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tangkap layar video yang menunjukkan tentara Israel (IDF) tengah mengevakuasi rekan mereka yang terluka di pertempuran di Rafah.

Perwira IDF: Hamas Pasang Kamera Pengintai di Setiap Sudut Rafah, Tentara Israel Sengsara Kena Jebakan

TRIBUNNEWS.COM - Kolonel Yair Tsukerman dari tentara Pendudukan Israel, dalam wawancara dengan surat kabar Ibrani Yedioth Ahronoth, membahas taktik Hamas di Jalur Gaza, khususnya di Rafah.

Kolonel IDF itu mengatakan bahwa Hamas menggunakan banyak kamera pengintai dan memiliki jaringan terowongan yang signifikan di Rafah.

Baca juga: Maut Menanti Israel di Rafah, Bersiap Hadapi Terowongan Maut, Ruang Komando, Markas Rahasia Hamas

Tsukerman juga menyoroti ancaman jebakan rumah dan kamar yang disiapkan sebelum Pasukan Pendudukan Israel masuk.

"Pasukan kami menderita di Rafah," Tsukerman.

Tsukerman mengatakan Hamas memasang banyak kamera pengintai di setiap sudut Rafah untuk mengatur pertempuran dari atas dan bawah tanah, mengingat jumlah terowongan di kota Rafah sangat banyak.

Baca juga: Jebakan Presisi Al Qassam, Detail Tewasnya Perwira & Tentara Elite Brigade Givati IDF di Shaboura

Dia menambahkan bahwa memasang jebakan pada rumah-rumah dan kamar-kamar di Rafah sebelum pasukan masuk adalah salah satu dari sekelompok ancaman yang dihadapi tentara pendudukan.

Tadi malam, kawasan lingkungan Saudi di sebelah barat kota Rafah menyaksikan bentrokan sengit antara perlawanan Palestina dan pasukan pendudukan yang mencoba masuk ke sana.

Tangkap layar video yang menunjukkan tentara Israel (IDF) tengah mengevakuasi rekan mereka yang terluka di pertempuran di Rafah.

Pasukan pendudukan berusaha memasuki lingkungan Saudi dan Jalan Al-Tayyara, sebelah barat Rafah, dengan perlindungan serangan udara, penembakan artileri yang intens, dan penembakan dari drone Quadcopter.

Secara terpisah, Hebrew Broadcasting Corporation melaporkan bahwa tentara Pendudukan Israel mencegat sasaran udara di wilayah Dataran Hula, sebelah utara Pendudukan Israel, tanpa membunyikan sirene.

Sejak tanggal 8 Oktober, daerah perbatasan antara Pendudukan Israel dan Lebanon telah mengalami peningkatan ketegangan dan baku tembak sporadis antara tentara Pendudukan Israel dan Hizbullah Lebanon, serta faksi-faksi milisi Palestina.

Pasukan Israel (IDF) dilaporkan meminta para politisi Tel Aviv untuk memutuskan serangan skala besar ke Lebanon di mana serangan gerakan Hizbullah sudah pada tahap mematikan ke wilayah pendudukan Israel di front utara. (khaberni/HO)

Mundur dari Rafah

Sebelumnya, Pakar militer dan ahli strategis asal Yordnaia, Nidal Abu Zeid, menganalisis kekuatan pasukan Israel (IDF) yang saat ini dikerahkan dalam operasi militer di Rafah.

Analisis itu terkait kabar yang menyebut kalau IDF akan menyelesaikan operasi militer mereka di Rafah dalam dua pekan ke depan.

Baca juga: Sumber Keamanan Israel: Hamas Gagalkan Operasi Fase B IDF, Invasi Rafah Berakhir dalam 2 Minggu  

Baca juga: Jebakan Presisi Al Qassam, Detail Tewasnya Perwira & Tentara Elite Brigade Givati IDF di Shaboura

Divisi Lapis Baja Jebol

Nidal Abu Zeid mengatakan, pasukan IDF di Rafah, dalam format standar saat ini yang terdiri dari Divisi Lapis Baja 162, Brigade Komando, dan satu batalion dari Brigade Givati.

Format standar pasukan IDF di Rafah ini, kata dia, tidak akan mampu untuk menyelesaikan misi di Rafah karena komplikasi geografis di kamp Rafah.

Selain itu, misi bakal gagal karena kerugian yang diderita Divisi Lapis Baja 162, khususnya Brigade Korps Lapis Baja 401 merupakan ujung tombak operasi Rafah yang dikerahkan di poros Philadelphia.

Pengerahan Brigade Korps Lapis Baja 401 ke poros Philadelphia ini membuat IDF dalam beberapa hari mendatang dan paling lama dalam waktu dua minggu akan menghentikan operasi militer di Rafah.

"Atau setidaknya menarik unit-unit tempur dari Rafah dengan dalih kalau IDF sedang mempersiapkan operasi militer di wilayah-wilayah pendudukan utara untuk menghadapinya ancaman Hizbullah," kata analisisnya menunjukkan alasan sebenarnya di balik mundurnya IDF dari Rafah.

Baca juga: Hizbullah Ubah Taktik Jelang Invasi Israel ke Lebanon: Barak Militer IDF di Perbatasan Disapu Rudal

Sebuah kendaraan lapis baja pengangkut personel (armoured personel carrier/APC) tentara Israel (IDF) tampak terbakar setelah terkena roket Brigade al Qassam dalam pertempuran di Shujaiya, Jalur Gaza Timur 6 desember 2023 silam. (Al Qassam Military Media)

IDF Membual Mau Gempur Habis-habisan Lebanon Demi Tumpas Hizbullah 

Mengenai apa yang terjadi di front utara, Abu Zaid mengatakan, meskipun terjadi peningkatan eskalasi yang mencolok melawan Hizbullah, indikator-indikator yang ada tidak menunjukkan kalau pasukan pendudukan akan melakukan petualangan militer baru dengan Hizbullah, setidaknya dalam waktu enam bulan dari sekarang.

"Itu karena komplikasi geostrategis yang terlihat dalam konfrontasi dengan Hizbullah. Bentuk dan isinya berbeda dari konfrontasi dengan perlawanan di Gaza, dan pendudukan menyadari hal ini," kata dia merujuk pada risiko kerugian personel dan peralatan tempur IDF yang bakal melonjak jika memaksa terjun di front utara.

Abu Zaid menambahkan, IDF jauh lebih menyadari kalau biaya yang harus dikeluarkan Israel dalam konfrontasi dengan Hizbullah pasti akan tinggi.

"Hal ini membuat pendudukan tidak mampu menjawab pertanyaan: Dapatkah tentara pendudukan menanggung kerugian baru dalam pertempuran baru?" katanya.

Oleh karena itu, terlepas dari masifnya pemberitaan media Israel mengenai menuver IDF dan pernyataan para pemimpin politik dan militer Israel soal serangan besar-besaran ke utara, dia meyakini kalau sebenarnya hal itu cuma bualan.

Baca juga: Media Israel: IDF Rekomendasikan Tel Aviv Akhiri Operasi Rafah Lalu Serang Besar-besaran Lebanon

Tentara IDF Israel dalam Perang kedua melawan Lebanon. Israel mengancam akan melancarkan perang ketiga seiring intensifnya serangan roket Hizbullah ke pemukiman Yahudi di utara Israel. (tangkap layar ap)

Abu Zaid berkata, “Saya tidak percaya bahwa akan ada operasi militer konvensional yang luas (besar) melawan Hizbullah, namun mungkin ada operasi selektif yang terbatas terhadap sasaran Hizbullah atau terhadap para pemimpin gerakan tersebut".

Operasi selektif tentara pendudukan Israel ini, ujar dia, bertujuan untuk memulihkan keseimbangan militer dengan Hizbullah dan memulihkan sistem pertahanan yang ditembus Hizbullah.

Sejauh ini, Hizbullah dengan variasi drone dan rudal yang dimiliki, memang mampu menyerang jauh ke dalam wilayah pendudukan dan mengusir 120.000 warga Israel dari koloni utara, yang sebagian besar adalah Yahudi Ashkenazi, kelompok elite masyarakat Israel.

Abu Zaid mengindikasikan bahwa ada pertemuan penting yang sedang diatur di Washington, di mana Penasihat Keamanan Nasional Israel, Tzachi Hanegbi, dan Menteri Urusan Strategis di pemerintahan Netanyahu, Ron Dermer, akan bertemu dengan delegasi Amerika.

Dua tokoh Israel itu datang ke Washington dalam sebuah langkah yang tampaknya ingin membuka dan memperluas pintu pertemuan untuk meyakinkan pemerintah AS kalau Tel Aviv tidak tertarik pada keputusan untuk menghadapi Hizbullah dan memperluas lingkaran konflik menjelang pemilihan presiden AS pada November mendatang.

KRISIS AMUNISI DAN PERSENJATAAN - Tentara Israel dilaporkan mengalami krisis amunisi dan persenjataan memasuki lima bulan lebih perang Gaza melawan Hamas. (khaberni/HO)

IDF Krisis Personel

Abu Zaid mengakhiri analisisnya dengan mengatakan kalau pasukan pendudukan menderita kekurangan personel tempur yang signifikan.

Hal ini diperkuat oleh pidato Kepala Staf IDF Herzi Halevi, yang meminta para politisi untuk menyediakan 15 batalyon baru untuk menyelesaikan misinya di Gaza.

Pernyataan Halevi soal krisis personel IDF ini sehubungan dengan keputusan untuk mengecualikan perekrutan kaum Yahudi Haredim.

Undang-undang ini secara mayoritas diputuskan di Knesset Israel, dengan 63 suara dari 120 suara.

Rinciannya, sebanyak 64 suara di antaranya memilih koalisi pemerintah, menyisakan satu suara, yang merupakan suara sekutu Netanyahu di Likud, Menteri Pertahanan Yoav Gallant yang memberikan suara menentang keputusan tersebut.

"Artinya Menteri Pertahanan mengetahui apa yang diminta oleh kepala staf IDF-nya, yaitu perlunya menyediakan 15 batalyon," kata Abu Zaid.

Para tokoh militer Israel, kata dia, sangat menyadari krisis personel dan kebutuhan mendesak untuk menyediakan sektor tempur baru.

"Jadi (pertanyaanya adalah) siapa yang akan berperang di utara melawan Hizbullah atau berperang di selatan, di Rafah?" kata dia.

Zaid menambahkan dengan menyatakan, "Apakah tentara pendudukan mempunyai kemampuan untuk memutuskan apakah di Gaza atau dalam petualangan militer mendatang bersama Hizbullah? Saya rasa jawabannya di sini juga sudah jelas,".

Abu Zaid menyimpulkan kalau militer IDF tidak memiliki 'kemewahan' kekuatan untuk melancarkan operasi militer baru terhadap Hizbullah, atau menyelesaikan operasi Rafah.

"Bahwa operasi militer di Rafah akan dihentikan, juga dapat menyebabkan semua komplikasi politik dan militer, semisal hal ini akan menyebabkan pengunduran diri atau pemecatan Menteri Pertahanan Yoav Galant," kata dia.

(oln/khbrn/*)

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini