Media lokal sering menyebut Su-35 Rusia sebagai pesawat tempur “generasi ke-4++”, menyoroti peningkatan dan modernisasi ekstensif yang dimilikinya.
Digambarkan sebagai pesawat tempur multi-peran yang sangat ditingkatkan dan dikembangkan dengan teknologi generasi kelima, Su-35 menawarkan avionik baru, komunikasi, teknologi radar, dan mesin vektor dorong yang canggih.
Mesin ini memungkinkan Su-35 mencapai kecepatan supersonik tanpa afterburner, sehingga meningkatkan kemampuan manuver, durasi misi, dan kinerja kecepatan tinggi di lingkungan yang diperebutkan.
Di pihak Amerika, versi terbaru dari F-15, F-15EX Eagle II, adalah pesawat tempur multiperan tangguh yang dirancang untuk skenario pertempuran jarak dekat.
"Meskipun tidak memiliki kemampuan siluman seperti F-22 Raptor dan F-35 Lightning II, F-15EX mengimbanginya dengan mampu membawa amunisi seberat 30.000 pon, hampir delapan kali lebih banyak daripada pembom B-17 Flying Fortress yang bersejarah," ujar Master Studi Asia Timur, Ashish Dangwal, dalam tulisannya di Eurasian.
Ia mengatakan, kemampuan ini memungkinkan F-15EX untuk mengamankan superioritas udara atau melancarkan serangan darat yang dahsyat, sesuatu yang sangat penting jika perang terjadi.
Pentingnya strategis F-15EX telah membuat Kongres AS mendorong peningkatan produksi dan perpanjangan waktu operasional, yang mencerminkan meningkatnya kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan dengan Tiongkok.
AS tampaknya berusaha menghindari terulangnya situasi yang terjadi pada jet tempur siluman F-22 Raptor, di mana penutupan jalur produksi yang terlalu dini menyebabkan tantangan besar dalam mempertahankan armada operasional.
Perbandingan Performa, Daya Tahan & Kemajuan Teknologi
Kedua pesawat yang kerap diklaim sebagai dogfighter terbaik di dunia, membuat spekulasi sering muncul tentang bagaimana konfrontasi antara Su-35 Rusia dan F-15 Amerika akan terjadi.
Kemampuan radar sangat penting dalam pertempuran udara. Su-35S dilengkapi dengan radar array pemindaian elektronik pasif Irbis-E yang kuat, memiliki jangkauan hingga 400 kilometer dan efektif terhadap target darat.
Namun, radar APG-63 V3 Active Electronically Scaned Array milik F-15 dianggap lebih unggul karena ketahanannya terhadap jamming, resolusi lebih tinggi, dan kesulitan pelacakan.
"F-15 tidak dirancang dengan mempertimbangkan kemampuan siluman, karena memiliki penampang radar rata-rata lima meter persegi. Su-35, yang diklaim Rusia memiliki kemampuan siluman terbatas, dilaporkan memiliki penampang radar berkisar antara satu hingga tiga meter persegi," ujar Ashish.
Meskipun Su-35 mungkin muncul di radar agak terlambat, luas penampang radar satu meter persegi masih tergolong dapat terdeteksi pada jarak jauh oleh radar modern dan tidak melindunginya dari penargetan rudal jarak jauh.