TRIBUNNEWS.COM - Israel telah menghancurkan fasilitas air dan sanitasi di Gaza.
Israel juga membunuh para pekerja yang berusaha memperbaikinya.
Pada Juni 2024, serangan Israel di Kota Gaza menewaskan lima pegawai pemerintah yang sedang memperbaiki sumur, kata pejabat kota.
Kini, warga Palestina terpaksa mengantre untuk membeli air kotor, setelah Israel menghancurkan kelima fasilitas pengolahan air limbah Gaza, serta pabrik desalinasi air, stasiun pemompaan limbah, sumur, dan waduk.
Adel Dalloul, seorang pemuda berusia 21 tahun yang tinggal di tenda dekat kamp pengungsi Nuseirat, mengatakan ia mengetahui air yang dibawanya dari seorang penjual terkontaminasi, setelah meminumnya.
“Kami menemukan cacing di dalam air. Saya telah meminumnya,” ujarnya, Kamis (27/6/2024), dikutip dari Al Jazeera.
“Warnanya asin, tercemar, dan penuh kuman."
“Saya mengalami masalah pencernaan dan diare, dan perut saya sakit sampai saat ini,” papar Adel Dalloul.
Gaza Berada pada Risiko Tinggi Kelaparan
Sementara itu, masuknya bantuan tampaknya telah meredakan krisis kelaparan di Gaza utara untuk saat ini, seperti diberitakan AP News.
Namun, seluruh wilayah tersebut masih berada dalam 'risiko tinggi' kelaparan, setelah serangan Israel di Rafah menyebabkan pengungsian dan gangguan bantuan operasi di selatan.
Baca juga: Porak-porandakan Gaza, Tentara Israel Tak Sentuh Pekuburan Inggris: Tempat Asri Jadi Lokasi Piknik
Laporan yang dikeluarkan oleh otoritas internasional terkemuka mengenai parahnya krisis kelaparan mengatakan hampir semua orang di Gaza berjuang untuk mendapatkan makanan yang cukup.
Lebih dari 495.000 orang, atau lebih dari seperlima populasi 2,3 juta jiwa, diperkirakan akan mengalami krisis kelaparan tertinggi dalam beberapa bulan mendatang.
Israel memberlakukan pengepungan total terhadap wilayah tersebut pada awal perang dan secara bertahap meredakannya di bawah tekanan Washington.
Perang telah menghancurkan sebagian besar kapasitas Gaza untuk memproduksi makanannya sendiri.