TRIBUNNEWS.COM, BEIRUT - Pada tanggal 19 Juni 2024, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan Siprus agar tidak membiarkan Israel menggunakan pangkalan militer di wilayah mereka untuk menyerang sasaran di Lebanon.
Peringatan Nasrallah dapat dianggap bersifat eskalasi, yang menunjukkan bahwa Hizbullah sedang menyeret negara ketiga ke dalam konflik.
Namun, dari sudut pandang operasional, Israel-lah yang melibatkan Nicosia melalui kerja sama militer.
Kata-kata Nasrallah menjadi penting mengingat adanya laporan yang menunjukkan potensi penggunaan pangkalan militer Siprus oleh Israel dalam konflik di masa depan dengan Lebanon.
"Peringatan Hizbullah menjadi semakin penting setelah muncul laporan yang menunjukkan rencana Tel Aviv untuk perang di masa depan dengan Lebanon termasuk penggunaan pangkalan militer di Siprus," kata pakar keamanan Mohamed Sweidan dalam tulisannya di Cradle, beberapa waktu lalu.
Paralel dengan Krisis Rudal Kuba
Krisis Rudal Kuba tahun 1962 adalah sebuah peristiwa sejarah yang menyoroti betapa parahnya ketegangan geopolitik tersebut. AS hampir terlibat konflik nuklir dengan Uni Soviet setelah menemukan rudal nuklir Soviet di Kuba, tidak jauh dari pantai Florida.
Dalam pidatonya yang disiarkan televisi, Presiden John F Kennedy menyatakan bahwa AS tidak akan mentolerir situs-situs rudal tersebut, dan menyebutnya sebagai ancaman terhadap perdamaian dunia yang terselubung dan sembrono.
Dia mengumpulkan para penasihatnya untuk mempertimbangkan opsi militer, termasuk serangan udara dan invasi ke Kuba. Namun, karena takut akan eskalasi nuklir, AS memilih blokade laut untuk mencegah pengiriman lebih lanjut dari Soviet, yang menandai sikap tegas melawan “agresi” Soviet.
Sweidan mengatakan, peringatan Nasrallah dapat dilihat dalam konteks serupa. Kerja sama militer Siprus dengan Israel, yang mencakup manuver yang mensimulasikan invasi ke Lebanon, menimbulkan ancaman langsung terhadap keamanan Lebanon.
Bahkan ada laporan mengenai niat Israel untuk menggunakan pangkalan udara di Siprus dan Yunani untuk menyerang Lebanon, dan Tel Aviv memperkirakan Hizbullah akan menyerang bandara di Israel dalam perang di masa depan.
"Perkataan Nasrallah harus mendapat perhatian lebih, khususnya ketika dia menyatakan bahwa membuka bandara dan pangkalan di Siprus kepada musuh Israel untuk menargetkan Lebanon berarti pemerintah Siprus adalah bagian dari perang."
Sweidan menambahkan, pernyataan Nasrallah sejalan dengan hukum internasional, khususnya Piagam PBB, yang memperbolehkan pembelaan diri dalam menanggapi serangan bersenjata. Pasal 51 Piagam menyatakan:
"Tidak ada ketentuan dalam Piagam ini yang dapat mengurangi hak yang melekat pada pertahanan diri individu atau kolektif jika terjadi serangan bersenjata terhadap Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa sampai Dewan Keamanan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional."