TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Lebanon Najib Makati mengklaim negaranya kini berada dalam keadaan perang.
Dalam pernyataannya, Makati menyinggung agresi dan ancaman keamanan dari Israel.
“Ancaman yang kita lihat adalah sejenis perang psikologis. Pertanyaan yang ada dalam bibir setiap orang ialah ‘Apakah itu suatu perang?’ Ya, kita berada dalam keadaan perang. Karena agresi israel, ada banyak korban warga sipil dan nonsipil serta desa-desa yang rusak,” kata Mikati dalam pernyataannya pada hari Minggu, (30/6/2024), dikutip dari Sputnik News.
Sebelumnya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan pihaknya sudah menyetujui rencana serangan ke Lebanon.
Di samping itu, Menteri Luar Negeri Israel Katz mengklaim Israel sudah “sangat dekat” dengan keputusan untuk “mengubah aturan” dalam melawan pihak Hizbullah dan Lebanon.
Katz juga mengancam akan menghancurkan Hizbullah dalam “perang habis-habisan” dan melancarkan serangan besar ke Lebanon.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah berujar pihaknya bisa menyerbu Israel utara jika ketegangan meningkat.
Dikutip dari Al-Aswat, Mikati mengatakan Hizbullah dan pemerintah Lebanon sedang memenuhi kewajibannya dalam melawan Israel.
Pada hari Sabtu pekan lalu dia berkunjung Kota Tyre guna meninjau pusat operasi Angkatan Bersenjata Lebanon.
“Kita selalu mendorong perdamaian, dan pilihan kita adalah opsi perdamaian dan penerapan Resolusi PBB 1701. Israel wajib menghentikan serangan berulangnya terhadap Lebanon dan menghentikan perang di Gaza, dan semua orang mematuhi Resolusi PBB 2735,” kata Mikati menjelaskan.
“Hizbullah tengah menjalankan kewajibannya, dan pemerintah Lebanon menjalankan kewajibannya, dan tujuan kita ialah melindungi negeri ini dengan cara apa pun.”
Baca juga: Pernah Dipantau, Hizbullah Mantap Luncurkan Drone ke Golan, 18 Tentara Israel Terluka
Dia juga memuji Angkatan Bersenjata Lebanon yang menjadi tulang punggung dan perisai yang melindungi negara.
Adapun Menteri Pendidikan Abbas Halabi yang menemani Mikati mengungkapkan bahwa para siswa di kota-kota di wilayah Lebanon selatan mengalami kesulitan karena adanya konflik dengan Israel.
Sebelumnya, dia mengatakan kementerian mengamankan bus-bus yang membawa siswa ke tempat ujian di area berisiko