News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Iran: Siapa Akan Menangkan Pemilu Presiden Putaran Kedua?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Iran: Siapa Akan Menangkan Pemilu Presiden Putaran Kedua?

Jalili tetap menentang normalisasi hubungan Iran dengan Barat dan sebaliknya bersikeras pada perluasan kerja sama strategis dengan Rusia.

Janji setia Pezeshkian kepada Ayatollah Ali Khomeini

Selama kampanye pemilu, Pezeshkian berjanji setia kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Dalam rezim teokratis Iran, presiden bukanlah kepala negara, tetapi kepala pemerintahan. Kewenangan terbesar berada di tangan pemimpin tertinggi negara, yang sejak 1989 dijabat Khamenei.

Pada tahun 2021, Khamenei mengkritik keputusan Dewan Wali yang mendiskualifikasi Pezeshkian dari pencalonan presiden.

Dalam kampanyenya, Pezeshkian mengungkapkan rasa terima kasih atas dukungan ini dan menekankan bahwa ia tidak akan membiarkan siapa pun menghina pemimpin agama tersebut. Pada saat yang sama, Pezeshkian juga berusaha untuk memenangkan hati para pendukung kubu reformis yang merasa kecewa.

Politisi berusia 69 tahun itu berjanji membangun kepercayaan antara "pemerintahan yang kemungkinan moderat" dan warga Iran.

Pezeshkian sebelumnya berprofesi sebagai ahli bedah jantung dan telah menjadi anggota parlemen Iran sejak 2008. Ia menjabat sebagai menteri kesehatan Iran dari tahun 2001 hingga 2005 di bawah Presiden Mohammad Khatami, yang dikenal sebagai tokoh reformis.

"Jika kita berasumsi bahwa angka resmi itu benar dan belum dikoreksi ke atas, kita dapat melihat bahwa 60% warga Iran yang memenuhi syarat untuk memilih, belum memilih (di putaran pertama)," kata Aliyeh Motallebzadeh, jurnalis foto yang tinggal di Teheran.

Motallebzadeh adalah wakil presiden Asosiasi Iran untuk Membela Kebebasan Pers. Ia telah ditangkap beberapa kali dalam beberapa tahun terakhir karena pekerjaan dan komitmennya terhadap hak-hak perempuan.

"Selama kampanye pemilu, semua kandidat, yang semuanya merupakan bagian dari lembaga dan telah memegang posisi penting di berbagai tingkatan, menyembunyikan atau bahkan menyangkal penindasan sistematis terhadap perempuan," kata dia.

"Mereka berbicara seolah-olah selalu menjadi pihak oposisi dan tidak terlibat dalam penghinaan terhadap perempuan di negara ini. Dan saya tidak hanya berbicara tentang kewajiban mengenakan kerudung bagi perempuan, yang hanya puncak gunung es, tetapi tentang diskriminasi yang mereka alami di semua lapisan masyarakat karena jenis kelamin mereka," kata Motallebzadeh kepada DW.

Perempuan Iran bersatu dalam keheningan

Dalam Laporan Kesenjangan Gender Global 2023, Iran berada di peringkat ke-143 dari 146 negara.

Laporan ini menggarisbawahi bagaimana perempuan dan anak perempuan Iran menghadapi ketimpangan dalam kesempatan di bidang pendidikan, kesehatan, bisnis, dan politik.

Dalam struktur kekuasaan di lingkungan politik Iran yang didominasi oleh para Mullah, hanya ada sedikit atau nihil wakil perempuan.

Perempuan tidak dapat menjadi pemimpin agama. Mereka tidak diizinkan mencalonkan diri sebagai presiden.

Mereka tidak dilibatkan dalam system peradilan. Perempuan juga tidak diizinkan duduk di komite penting Dewan Ahli, Dewan Wali, dan Dewan Arbitrase.

Saat ini, hanya 14 dari 290 anggota parlemen perempuan. "Mayoritas masyarakat Iran yang tidak memilih, bersatu dalam keheningan. Sistem politik tidak dapat lagi menyangkal penolakan ini," tegas Motallebzadeh.

(ae/hp)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini