TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebuah tembakan dari atas gedung nyaris membunuh Donald Trump, Kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Republik yang tengah berkampanye di Pennsylvania.
Dalam video maupun foto yang beredar luas, Trump terlihat meringis dan menaikkan tangan kanannya ke telinga kanannya yang terluka.
Beberapa jam setelah insiden itu terjadi, apa fakta-fakta yang bisa diketahui sejauh ini?
1. Penembak tewas
Pria yang diduga melakukan penembakan dikabarkan tewas dalam penyergapan anggota Dinas Rahasia setelah melakukan percobaan pembunuhan terhadap Trump dalam kampanye yang diselenggarakan di Butler, Pennsylvania, Minggu WIB atau Sabtu waktu setempat.
Selain mencoba membunuh Trump, menurut laporan Dinas Rahasia, serangan ini juga menewaskan seseorang di antara kerumunan. Adapun dua orang lainnya mengalami luka kritis.
Seorang saksi mata pada pawai tersebut mengatakan kepada BBC, bahwa ia melihat seorang pria dengan senapan di atap di dekatnya sebelum tembakan terdengar.
2. Trump selamat
Dalam insiden ini, mantan presiden Donald Trump selamat.
Dia dilaporkan telah keluar dari sebuah rumah sakit setelah mendapat perawatan, sebut dua sumber kepada CBS News yang menjadi mitra BBC di AS.
Dalam komentar pertamanya, Trump berterima kasih kepada Dinas Rahasia AS, dan penegak hukum lainnya "atas respons cepat mereka terhadap penembakan yang baru saja terjadi".
"Yang paling penting, saya ingin menyampaikan belasungkawa saya kepada keluarga korban yang terbunuh dalam demonstrasi tersebut, dan juga kepada keluarga korban lainnya yang terluka parah," katanya dalam sebuah unggahan.
"Sungguh luar biasa bahwa tindakan seperti itu dapat terjadi di negara kita. Tidak ada yang diketahui saat ini tentang penembaknya, yang sekarang sudah meninggal," tambahnya.
3. Kesaksian warga
Seorang saksi mata bernama Greg, mengaku sempat melihat seorang pria bersenjata merangkak di atap sebuah gedung beberapa menit sebelum tembakan dilepaskan.
Hanya saja, menurutnya, laporan itu tidak segera direspons.
Greg mengatakan kepada BBC, bahwa pria tersebut bersenjatakan senapan dan merangkak di atas sebuah gedung di luar acara tersebut.
Greg mengeklaim dirinya melihat pria bersenjata itu sekitar lima menit setelah Trump mulai berpidato.
"Kami melihat pria itu merangkak naik ke atap gedung di samping kami, 50 kaki jauhnya dari kami," katanya.
"Dia membawa senapan, kami dapat melihat dengan jelas sebuah senapan. Kami menunjuk ke arahnya, polisi di bawah sana lalu berlarian. Kami seperti mengatakan, 'Hei kawan, ada seorang pria di atap dengan senapan', dan polisi tidak tahu apa yang sedang terjadi," jelasnya.
4. FBI Ambil Alih Kasus Penembakan
Buntut kasus penembakan Mantan Presiden AS Donald Trump, pihak keamanan Amerika Serikat melakukan penyelidikan mendalam.
Bukan lagi polisi, Biro Investigasi Federal atau FBI yang bakal menangani langsung insiden Donald Trump ditembak.
FBI akan menelusuri sosok pelaku penembakan berikut motifnya dengan dugaan percobaan pembunuhan terhadap calon presiden pesaing Joe Biden pada Pilpres AS.
Diberitakan ABC, FBI mengatakan akan memimpin penyelidikan atas penembakan tersebut.
"FBI telah mengambil alih peran sebagai lembaga penegak hukum federal utama dalam penyelidikan insiden yang melibatkan mantan Presiden Donald Trump yang terjadi hari ini di Butler, Pennsylvania," kata FBI dalam sebuah pernyataan.
5. Pengamanan dipertanyakan
Insiden ini menimbulkan banyak pertanyaan, bagaimana hal tersebut bisa terjadi di tengah penjagaan ketat Secret Service, satuan elite AS yang jika di Indonesia mirip dengan Paspampres.
Sejumlah sumber menyebut, penembak Trump hanya berjarak tak lebih dari 150 meter dari mantan Presiden AS itu.
Dalam pengamanan presiden atau calon presiden AS, jarak itu seharusnya sudah steril.
Termasuk tim kontra sniper yang disebar di sejumlah gedung gagal mendeteksi dan menghentikan si penembak sebelum menyerang Trump.
Beberapa jam setelah kejadian, Secret Service mengeluarkan pernyataan resmi di media sosial X.
Mereka menegaskan Donald Trump selamat setelah adanya beberapa tembakan terdengar di rapat umum calon presiden dari Partai Republik di Pennsylvania.
6. Pernyataan Joe Biden
Presiden AS, Joe Biden, menanggapi insiden penembakan Trump. Ia mengatakan semua orang harus mengutuk insiden kekerasan di Pennsylvania.
Ia mengatakan bahwa ia berharap dapat berbicara dengan Donald Trump malam ini, dan menambahkan bahwa ia telah diberi penjelasan tentang apa yang terjadi.
"Saya telah mencoba menghubungi Donald. Dia sedang bersama para dokternya," kata Biden.
"Kita tidak bisa membiarkan hal ini terjadi. Kita tidak bisa seperti ini. Kita tidak bisa memaafkan hal ini," tambahnya.
Presiden Biden juga mengatakan bahwa agen-agen federal terlibat dalam penyelidikan penembakan tersebut.
Seorang wartawan bertanya apakah dia yakin itu adalah upaya pembunuhan.
"Saya ingin memastikan bahwa kami memiliki semua fakta," kata pesaingTrump dalam Pilpres AS ini.