News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

China Siap Fasilitasi Rekonsiliasi Faksi-faksi Palestina, Hamas dan Fatah akan Bertemu di Beijing

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil ketua Fatah, Mahmoud Aloul (kiri) dan ketua politik Hamas, Ismail Haniyeh.

Kekerasan juga meningkat di Tepi Barat tempat Fatah bermarkas.

China memposisikan dirinya sebagai pihak yang lebih netral dalam konflik Israel-Palestina dibandingkan saingannya Amerika Serikat.

China menganjurkan solusi dua negara sambil juga menjaga hubungan baik dengan Israel.

Perbedaan Fatah dan Hamas

Lambang gerakan Hamas dan Fatah, dua kelompok politik dan militer dominan di Palestina. Keduanya menunjukkan niat bersatu demi terciptanya persatuan nasional dan Negara Palestina menghadapi pendudukan Israel. (khaberni/HO)

Mengutip Indian Express, berikut penjelasan mengenai Fatah dan Hamas dan hal-hal yang membedakan mereka.

Fatah

Fatah – yang artinya menaklukkan – dibentuk di Kuwait pada akhir tahun 1950an setelah lebih dari 70.000 warga Arab Palestina mengungsi selama Perang Israel-Arab tahun 1948.

Organisasi nasionalis sekuler ini didirikan oleh banyak orang, namun pendiri utamanya adalah Yasser Arafat, yang kemudian menjadi presiden Otoritas Palestina (PA).

Rekan aktivisnya di antaranya adalah Mahmoud Abbas, yang menjadi presiden PA saat ini.

Tujuan awal Fatah cukup jelas, yakni perjuangan bersenjata melawan Israel untuk membebaskan Palestina.

Operasi militernya dimulai pada tahun 1965 dan sebagian besar dilakukan dari Yordania dan Lebanon.

Tiga tahun kemudian, Fatah menjadi bagian dari Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), sebuah organisasi politik payung dari berbagai kelompok Arab yang bertujuan membantu Palestina mencapai status negara melalui perlawanan bersenjata.

Baca juga: Yordania Diduga Bantu Israel: Mau Sabotase Rujuk Hamas-Fatah di China, Kirim Tentara ke Tepi Barat

Perjuangan bersenjata Fatah berakhir setelah Yordania dan Lebanon mengusir sayap militer Fatah dari wilayah mereka pada tahun 1970-an.

Pada tahun 1990-an, PLO yang dipimpin Fatah secara resmi mengumumkan bahwa mereka akan meninggalkan perlawanan bersenjata.

PLO kemudian menandatangani Perjanjian Oslo yang membentuk Otoritas Palestina (PA), sebuah badan pemerintahan mandiri sementara yang dimaksudkan untuk mengarah pada Negara Palestina merdeka.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini