News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Menilik Posisi Cawapres Trump, JD Vance terhadap Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina, Dukung Siapa?

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Donald Trump (kiri) tampil dengan perban di telinga kanannya setelah lolos dari upaya pembunuhan pada Sabtu (13/7/2024).

TRIBUNNEWS.COM - Senator JD Vance baru saja dipilih sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi Donald Trump dalam Pilpres AS tahun ini.

Sebagai calon pemimpin salah satu negara berpengaruh di dunia, seperti apa posisinya mengenai konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia serta Israel dan Hamas?

Mengutip The Hill, JD Vance mempromosikan kebijakan luar negeri milik Donald Trump, "America First."

Pada bulan Februari lalu, Vance ingin negara-negara Eropa lebih mandiri terhadap sistem pertahanannya.

"Kami ingin Eropa sukses, tapi Eropa harus mengambil peran lebih besar untuk keamanannya sendiri. Itu tidak bisa dilakukan tanpa industri," katanya.

Trump telah lama menyindir sekutu-sekutu Eropa karena mengeluarkan dana yang minimal untuk militer mereka sendiri.

Trump mengklaim negara-negara Eropa terlalu bergantung kepada Amerika Serikat.

Vance pun ragu AS dapat terus memberikan dukungannya untuk Ukraina.

Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang mencalonkan diri kembali di Pilpres AS 2024 (kiri), menunjuk JD Vance (kanan) sebagai calon wakil presiden yang mendampinginya pada pemilu November mendatang. (Kolase Tribunnews/AFP/X)

Ia menyebut AS tidak membuat cukup amunisi untuk mempertahankan bantuan yang disalurkan ke Kyiv.

Ia menyerukan untuk terlibat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mewujudkan “kepentingan Amerika.”

“Saya tidak pernah sekalipun berpendapat bahwa Putin adalah orang yang baik dan ramah."

Baca juga: Partai Republik AS Tetapkan JD Vance sebagai Cawapres Trump

"Saya berpendapat bahwa dia adalah orang yang memiliki kepentingan berbeda."

"Dan Amerika Serikat harus menanggapi orang tersebut dengan kepentingan berbeda,” kata Vance pada Konferensi Keamanan Munich Februari lalu.

“Tetapi fakta bahwa dia adalah orang jahat tidak berarti kita tidak bisa melakukan diplomasi dasar dan memprioritaskan kepentingan Amerika."

"Ada banyak orang jahat di seluruh dunia, dan saya lebih tertarik pada beberapa masalah di Asia Timur saat ini dibandingkan di Eropa."

Trump juga menggembor-gemborkan hubungannya dengan Putin, dan berjanji akan segera menegosiasikan diakhirinya perang Ukraina jika ia kembali ke Gedung Putih.

Posisinya itu memicu kekhawatiran bahwa Trump akan menekan Ukraina untuk menyerahkan wilayahnya kepada Rusia sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata.

Soal Timur Tengah, Vance juga menggemakan seruan Trump agar Israel “menyelesaikan tugas” melawan Hamas di Jalur Gaza.

Ia mengatakan bahwa hubungan antara Israel dan Arab Saudi hanya dapat terjalin setelah Hamas dikalahkan di Jalur Gaza.

Arab Saudi mengatakan pihaknya tidak dapat menjalin hubungan dengan Israel sampai Arab Saudi melihat jalan yang memungkinkan bagi pembentukan Negara Palestina.

“Tujuan kami di Timur Tengah adalah untuk memungkinkan Israel mendapatkan hubungan yang baik dengan Arab Saudi dan negara-negara Teluk Arab lainnya."

"Tidak mungkin kita bisa melakukan hal itu kecuali Israel menyelesaikan pekerjaan mereka dengan Hamas,” katanya dalam sebuah wawancara pada bulan Mei.

Dalam pidato yang disampaikan di Quincy Institute pada bulan Mei, Vance berkata:

“Kami ingin Israel dan Sunni menjaga wilayah mereka sendiri di dunia."

"Kami ingin negara-negara Eropa mengawasi wilayah mereka sendiri di dunia, dan kami ingin bisa lebih fokus pada Asia Timur."

Baca juga: Mengapa Kubu Joe Biden Kecam Penunjukkan JD Vance Jadi Cawapres Donald Trump?

JD Vance menyerukan Israel agar mengakhiri perang secepat mungkin

Dalam wawancara pertamanya sejak ditunjuk sebagai calon wakil presiden Donald Trump, JD Vance mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden membiarkan perang Israel di Gaza berlanjut terlalu lama.

“Pertama, Anda ingin Israel menyelesaikan perang ini secepat mungkin karena semakin lama perang ini berlangsung, semakin sulit situasi mereka," katanya kepada Fox News.

"Namun kedua, setelah perang, Anda ingin menghidupkan kembali proses perdamaian antara Israel, Arab Saudi, Yordania, dan sebagainya."

Pada bulan November tahun lalu, Vance, yang mengklaim dirinya sebagai Zionis menulis surat kepada Biden.

Ia mendesak Biden untuk tidak menerapkan perlindungan imigrasi khusus bagi warga Palestin.

Vance juga menolak pembatasan bantuan militer kepada Israel.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini