Dia pun mengutip beberapa pemberitaan media luar negeri yang memposisikan Israel dengan ekonomi merosot hingga dianggap tidak memiliki kredibilitas sebagai negara bersama dengan para sekutunya.
Sehingga, Reza menilai datangnya lima nahdliyin hingga bertemu Isaac Herzog menjadi upaya untuk mengais keberhasilan di masa lalu terkait hubungan Israel-Indonesia yang diklaim oleh mereka sebagai mitra.
"Merujuk pada pemberitaan Haaretz (media Israel) 20 tahun silam, di mana pada tanggal 7 Juli 2004 bahwa yang datang dari Indonesia adalah mitra Israel."
"Dan sejak tahun 2003-2004, headline media Israel jarang kali berbicara pada ini. Kemudian ketika saya merujuk 20 Juni 2003, bahwa Haaretz (artikelnya berjudul) 'The Voice of Cultural Islam' jadi generasi muda kita yang datang ke situ membawa hal Islami yang berbudaya," jelas Reza.
Baca juga: 5 Nahdliyin Temui Presiden Israel, Ketua Umum PBNU Minta Maaf: Ini Sesuatu yang Tidak Patut
Reza juga menganggap bahwa kedatangan lima nahdliyin menjadi amunisi dan legitimasi Israel untuk memperbaiki nama baik negara yang kini tengah terpuruk buntut genosida di Gaza.
"Terlebih lagi konstituasi di Majelis Umum PBB dan Dewan Keamanan PBB dan juga demonstrasi besar-besaran di seluruh dunia yang menentang agresi Israel di Palestina," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Nahdliyin Bertemu Presiden Israel