"Aman mengesampingkan penilaian internal yang mengindikasikan bahwa ini (Hamas tidak ikut gabung PIJ dalam dua pertempuran tersebut) adalah sebagai persiapan perang," tulis laporan itu dilansir Khaberni, Kamis (18/7/2024).
Aman menegaskan akan menyelidiki peristiwa 7 Oktober untuk memahami persepsi intelijen dan mencari tahu apa yang menyebabkan Israel tidak memahami niat Hamas.
2. Penyerang Truk Bantuan di Gaza Dapat Dana hingga Rp 3,2 M dari AS dan Israel
Kelompok-kelompok sayap kanan Israel yang diduga menyerang konvoi bantuan ke Jalur Gaza, telah memperoleh lebih dari $200.000 (sekitar Rp 3,2 miliar) melalui situs penggalangan dana dari donor di AS dan Israel.
Donasi kepada kelompok-kelompok tersebut mengalir ke Givechack, sebuah situs crowdfunding (penggalangan dana) Israel, dan JGive, sebuah situs crowdfunding AS dan Israel.
Laporan tersebut disarkan pada Associated Press dan situs investigasi Israel, Shomrim, yang menginspeksi sumber terbuka terhadap situs-situs tersebut dan catatan publik lainnya.
Di AS dan Israel, kontribusi amal termasuk tax-deductible.
Artinya, Wajib Pajak yang memberikan sumbangan kepada organisasi amal yang memenuhi syarat, dapat mengurangi nilai kontribusi mereka dari penghasilan kena pajak, sehingga mengurangi beban pajak mereka secara keseluruhan.
Kelompok-kelompok yang bekerja untuk menyalurkan bantuan ke Jalur Gaza, mengatakan kepada AP dan Shomrim bahwa menjadikan sumbangan tersebut tax-deductible, bertentangan dengan komitmen Amerika dan Israel yang mengizinkan makanan, air, dan obat-obatan tanpa batas masuk ke Gaza.
Salah satu kelompok yang menyabotase bantuan, Mother's March, mengumpulkan dana setara dengan lebih dari $125.000 di Givechack dan $13.000 dari JGive.
Tzav 9 mendapatkan lebih dari $85.000 dari sekitar 1.500 donor di AS dan Israel melalui JGive.
Kelompok Tzav 9 telah memblokir konvoi bantuan dalam perjalanan ke Gaza sejak Januari.
3. AS Disebut Sudah Dipermalukan Houthi
Kelompok Houthi di Yaman mengklaim pihaknya telah mempermalukan Amerika Serikat (AS).