TRIBUNNEWS.com - Anggota DPR sayap kiri Prancis dari La France Insoumise (France Unbowed atau LFI), Thomas Portes, menolak kehadiran Israel di Olimpiade Paris 2024.
Dalam pernyataannya di hadapan pengunjuk rasa, Sabtu (20/7/2024), Portes mengatakan tidak ada satupun perwakilan Israel yang diterima di Paris.
"Tidak, delegasi Israel tidak diterima di Paris. Atlet Israel tidak diterima di Olimpiade Paris," tegas Portes, Sabtu, dikutip dari Anadolu Ajansi.
Portes semakin menegaskan pernyataannya pada Minggu (21/7/2024), saat wawancara bersama harian Le Parisien.
Ia mendesak agar Diplomasi Prancis memberikan tekanan pada Komite Olimpiade Internasional terkait Israel.
Menurut Portes, penting bagi Komite Olimpiade Internasional melarang bendera Israel dikibarkan dan lagu kenegaraannya tak diputar selama Olimpiade Paris 2024.
Hal ini berkacara pada kebijakan yang diterapkan untuk Rusia terkait invasi ke Ukraina.
"Diplomasi Prancis harus memberikan tekanan pada Komite Olimpiade Internasional agar bendera dan lagi tidak diizinkan di Olimpiade, seperti yang dilakukan kepada Rusia."
"Kita harus mengakhiri standar ganda ini," kata Portes.
Diketahui, anggota LFI sudah secara terbuka menyatakan dukungannya terhadpa Gaza dan perjuangan Palestina sejak awal konflik di Timur Tengah.
Pernyataan Portes ini menuai kecaman dari Menteri Luar Negeri Prancis, Stephane Sejourne.
Baca juga: Mimpi Buruk bagi Israel, Digempur 65 Rudal Hizbullah dan Drone Houthi di Hari yang Sama
"Pernyataan itu tidak bertanggung jawab dan berbahaya," kata Sejourne, Senin (22/7/2024).
Membantah pernyataan Portes, Sejourne memastikan Prancis menerima perwakilan Israel di Olimpiade Paris 2024 dengan tangan terbuka.
Bahkan, Sejourne memastikan Prancis akan mengawal secara ketat atlet-atlet Israel selama kompetisi berlangsung.
"Delegasi Israel diterima di Prancis untuk menghadiri Olimpiade," ujarnya.
"Saya akan memiliki kesempatan untuk menegaskan kembali hal ini kepada rekan saya (di Israel), yang akan berbicara dengan saya lewat telepon dalam beberapa jam ke depan, untuk mengatakan kepadanya, kami akan menjamin keamanan delegasi Israel," urai Sejourne.
Hal serupa juga telah disampaikan Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin.
Darmanin mengusulkan kepada Presiden Prancis, Emmanuel Macron, agar menyiagakan polisi Prancis selama 24 jam untuk melindungi perwakilan Israel.
Sementara itu, anggota DPR sayap kiri Prancis lainnya, Aurelien Le Coq, menilai pendapat Portes sebagai hal yang wajar.
Sebab, hingga saat ini, korban tewas di Palestina masih terus berjatuhan.
Baca juga: Pemilik Restoran di Vietnam Usir Keluarga Israel: Kami Hanya Menerima Manusia, Anjing, dan Kucing
"Genosida masih berlangsung di Gaza. Hampir 40.000 orang tewas. Jarang ada orang yang mengecam dan meminta sanksi menjadi sasaran kelompok sayap kanan. Dukungan untuk Thomas Portes," kata dia di X.
Ia menambahkan, "Atlet Rusia berparade di bawah bendera netral. Mengapa Israel tidak seperti itu?"
Anggota DPR lainnya, Jerome Legrave, menyebut reaksi petinggi-petinggi Prancis terhadap pernyataan Portes "tidak dapat ditoleransi."
"Apa yang kolega dan kawan saya katakan dan kecam adalah bahwa ketika menyangkut Israel dan pemerintahnya, dalang pembantaian seluruh bangsa, aturan yang berlaku adalah 'standar ganda' yang lebih dari sebelumnya," cuit Legrave di X, dikutip dari Palestine Chronicle.
"Semua kontroversi yang dilancarkan (Israel) terhadap Palestina pada kenyataannya hanya memiliki satu tujuan: mencoba menghapus dan menyembunyikan fakta bahwa selama lebih dari 9 bulan genosida telah berlangsung."
"Apapun tanggapannya, kami tidak akan tinggal diam dan akan terus berjuang (mendukung Palestina) untuk mengakhiri kebiadaban ini," tambahnya.
Diketahui, pada Juni 2024 lalu, ratusan pengunjuk rasa berkumpul di luar kantor pusat Komite Olimpiade Internasional di Lausanne, Swiss.
Mereka menuntut agar Israel dilarang berkompetisi di Olimpiade 2024 di tengah serangan genosida yang sedang berlangsung di Gaza.
Para pengunjuk rasa menunjukkan, komite "hanya butuh beberapa hari" untuk mengecualikan Rusia dan Belarus dari Olimpiade 2022 karena perang di Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari 2022.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)