TRIBUNNEWS.com - Oposisi Israel ramai-ramai mengkritik Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, termasuk Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid.
Lapid melayangkan kritik keras kepada Netanyahu terkait pidato di Kongres Amerika Serikat (AS), Rabu (24/7/2024).
Menurut Lapid, pidato Netanyahu di Kongres AS adalah "memalukan."
"Aib! Satu jam berbicara tanpa membahas satupun, 'Akan ada kesepakatan pertukaran sandera!'," tulis Lapid di X, Rabu, dikutip dari Anadolu Ajansi.
Pria yang merupakan pemimpin Partai Yesh Atid ini juga menuding Netanyahu gagal menyelesaikan kesepakatan pertukaran sandera dengan kelompok perlawanan Palestina, Hamas.
Selain Lapid, Wakil Ketua Knesset, Evgeny Sova dari oposisi Partai Yisrael Beiteinu, juga mengkritik kepemimpinan Netanyahu.
"Dia tahu cara berbicara dalam bahasa Inggris. Harusnya dia bisa mengelola negara dalam krisis paling serius dalam sejarahnya, tapi nyatanya tidak," kata Sova.
"Seandainya dia bisa menghalang operasi musuh tepat waktu, pidatonya bisa menjadi pidato kemenangan, bukan permintaan bantuan," tambah dia.
Anggota Knesset dari Partai Buruh, Gilad Kariv, juga menyuarakan sentimen serupa.
Lewat X, ia mengatakan "kemampuan retorika Netanyahu dan tepuk tangannya, gagal menyembunyikan ketidakmampuan Perdana Menteri untuk membawa Israel keluar dari krisis paling parah sepanjang sejarah."
Seperti Lapid, Kariv menilai pidato Netanyahu sama sekali tak membahas hal-hal penting, termasuk soal kesepakatan pertukaran sandera.
Baca juga: Mimpi Buruk bagi Israel, Digempur 65 Rudal Hizbullah dan Drone Houthi di Hari yang Sama
"Netanyahu tidak mengatakan satu hal pun soal kesepakatan pertukaran sandera, tidak berkomitmen pada politik negara, dan seperti biasa, tidak bertanggung jawab atas kegagalan 7 Oktober," imbuhnya.
Naama Lazimi yang juga anggota Partai Lapid, juga berpendapat pidato Netanyahu tidak bisa menutupi situasi buruk di Israel.
Menurut Lazimi, upaya Netanyahu berpidato ini tidak bisa menutupi kelalaiannya dan kegagalannya untuk bertanggung jawab.
"Tidak ada kata-kata dan karisma yang bagus yang dapat menutupi kelalaian dan kegagalannya untuk bertanggung jawab."
"Tidak ada pidato yang lebih kuat daripada membahas soal nyawa dan kesepakatan pertukaran sandera."
"Bawa mereka (sandera) kembali sekarang, dan kami akan bertepuk tangan untukmu!" urai dia.
Sebelumnya, kritik keras juga dilayangkan pada Netanyahu setelah drone Houthi menghantam sebuah bangunan di Tel Aviv dan mengakibatkan satu orang tewas, Jumat (19/7/2024).
Yair Lapid menilai insiden itu terjadi karena Netanyahu tak bisa memberikan keamanan pada warga Israel.
"Bukti lebih lanjut bahwa pemerintah ini tidak mengetahui dan tidak dapat memberikan keamanan kepada warga Israel," kata Lapid saat itu.
Baca juga: Pemilik Restoran di Vietnam Usir Keluarga Israel: Kami Hanya Menerima Manusia, Anjing, dan Kucing
Netanyahu Juga Dikritik Anggota Kongres Senior AS
Menjelang pidatonya pada Rabu, Netanyahu juga mendapat kritik dari anggota Kongres AS.
Anggota Kongres senior AS dari Demokrat, Jerrold Nadler, menyebut Netanyahu sebagai pemimpin terburuk dalam sejarah Yahudi.
Nadler yang merupakan anggota Yahudi paling senior di Kongres AS, mengecam kinerja Netanyahu sebagai Perdana Menteri Israel.
Menurutnya, pidato Netanyahu di hadapan Kongres pada Rabu (24/7/2024), "tidak bertujuan untuk mempererat hubungan yang erat" antara AS dan Israel, tetapi hanya sebagai "aksi sinis."
Lebih lanjut, Nadler menyebut Netanyahu akan memanfaatkan kesempatan itu untuk membantu "posisi politiknya yang terancam di dalam negeri dan campur tangannya dalam politik domestik Amerika," tepat sebelum pemilihan presiden November mendatang.
"Tidak ada keraguan dalam benak saya, pidato (Netanyahu) besok seharusnya tidak terjadi," ujar Nadler, Selasa (23/7/2024), dikutip dari Al Mayadeen.
Meski kritik keras dilayangkan Nadler terhadap Netanyahu, ia memastikan bakal mendengarkan pidato Perdana Menteri Israel itu secara langsung.
"Saya merasa suara saya lebih berdampak di ruangan ini (Kongres), karena dapat meminta pertanggungjawaban Perdana Menteri (Netanyahu)," kata Nadler, dilansir The Times of Israel.
Diketahui, kritik Nadler kepada Netanyahu itu merujuk pada jajak pendapat, di mana 72 persen warga Israel berpendapat Netanyahu harus mengundurkan diri.
Hal ini berkaca pada tiga kasus hukum terpisah yang menjerat Netanyahu, yaitu penipuan, penyuapan, dan pelanggaran kepercayaan yang dihadapinya.
Tak hanya soal kepemimpinan Netanyahu di Israel, Nadler juga mengkritik pria yang akrab disapa Bibi itu atas peristiwa 7 Oktober 2023 karena "sengaja menyalahkan pimpinan militer atas kegagalan 7 Oktober."
Nadler juga mengecam Netanyahu karena gagal mencapai kesepakatan yang akan menjamin pembebasan tawanan Israel di Gaza.
"Netanyahu membahayakan keamanan Israel, nyawa para sandera, dan stabilitas negaranya, hanya demi menjaga stabilitas koalisi sayap kanannya," kecam Nadler.
Nadler, yang menurut pengakuannya sendiri, tidak asing dengan pemikiran ekstremis karena ia menyatakan dirinya sebagai "Zionis seumur hidup" di pernyataan yang sama.
Ia juga "memberikan suara berkali-kali" dalam 32 tahun masa jabatannya di Kongres, untuk mempersenjatai Israel dan mendukung pendudukan di Palestina.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Nuryanti)