Mereka juga telah mengklaim ratusan serangan menggunakan roket Falaq dan Katyusha sejak dimulainya perang, beberapa di antaranya menargetkan markas militer di Dataran Tinggi Golan yang diduduki.
Sementara itu, media Amerika Serikat (AS), Axios, mengutip seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, melaporkan pejabat Hizbullah telah memberi tahu PBB, yang menghantam lapangan sepak bola adalah proyektil pencegat anti-roket Israel.
Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken, mengatakan ada "setiap indikasi", Hizbullah berada di balik serangan itu.
Apakah berarti akan perang?
Militer Israel melancarkan serangkaian serangan uadara di Lebanon pada malam hari, tapi itu adalah serangan rutin yang telah menjadi fenomena harian selama berbulan-bulan.
Keputusan tentang bagaimana menanggapi Majdal Shams dijadwalkan diambil pada Minggu, saat kabinet keamanan Israel bersidang.
Hukum Israel memerintahkan, setiap keputusan tentang tindakan militer yang bisa menyebabkan perang harus diadopsi secara multilateral di kabinet.
Baca juga: Seniman Asal Inggris Pasang Poster Spesial untuk Israel di Olimpiade: Juara Satu Olahraga Membunuh
Analis politik Timur Tengah, Omar Baddar, mengatakan kepada Al Jazeera, ia yakin serangan di Majdal Shams "hampir pasti sebuah kecelakaan", terlepas dari siapa yang harus bertanggung jawab.
"Tidak ada pihak di seluruh wilayah yang punya kepentingan politik atau militer dalam menargetkan anak-anak yang bertanding sepak bola di Kota Druze, Dataran Tinggi Golan yang diduduki."
"Dan perlu dicatat juga, ada keinginan dari Hizbullah dan Israel untuk menghindari perang skala penuh," kata dia.
"Kita memerlukan penyelidikan independen untuk benar-benar mengetahui kebenarannya. Tetapi, bantahan Hizbullah setidaknya merupakan indikasi, bahkan jika serangan itu disebabkan Hizbullah, tentu saja bukan penargetan yang disengaja," imbuhnya.
Mungkinkah Iran terlibat?
Teheran diketahui memperingatkan Israel agar tidak melakukan "serangan baru" apapun sembari menyebut insiden Majdal Shams, sebagai "skenario yang dibuat-buat" yang dirancang untuk mengalihkan perhatian dari genosida di Jalur Gaza.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Minggu, tanggapan militer Israel akan semakin mengacaukan kawasan tersebut dan mengobarkan api perang.
"Jika itu terjadi, rezim Zionis akan menjadi entitas definitif dan yang bertanggung jawab atas akibat dan reaksi yang tidak terduga," ujar dia.
Utusan Iran untuk Lebanon, Mojtaba Amani, menulis di X, Teheran "tidak mengharapkan" adanya perang habis-habisan setelah insiden Majdal Shams, terutama karena "persamaan yang dipaksakan" kepada Israel oleh Iran dan sekutunya.