"Saat ini, saat kita berbicara, eskalasi tampaknya tak terelakkan," kata Aslani.
Ia menambahkan pembunuhan itu terjadi tepat saat Presiden baru Iran, Pezeshkian, berbicara tentang dialog dan keterlibatan dengan Barat.
"Kita mungkin mengucapkan selamat tinggal untuk saat ini pada gencatan senjata. Sebab, tewasnya Haniyeh bisa meningkat menjadi perang regional."
"PM Israel berusaha melakukan segalanya untuk memperpanjang kehidupan politiknya. Dia ingin melanjutkan perang (di Gaza), dan saya pikir ini dimaksudkan tidak hanya untuk memengaruhi proses di Teheran dan kawasan itu, tetapi juga di Washington," jelas Aslani.
Siapa pengganti Haniyeh?
Menurut laporan, dua calon penggantinya adalah Khaled Meshaal, seorang pejabat veteran Hamas, dan Khalil al-Hayya, seorang tokoh penting Hamas yang terkait erat dengan Haniyeh.
"Itu tidak akan mudah," kata pakar organisasi Palestina, Hani al-Masri, kepada The Associated Press.
"Pemimpin politik Hamas yang baru harus memutuskan apakah akan melanjutkan opsi militer, dan pada dasarnya menjadi kelompok gerilya dan bawah tanah, atau memilih pemimpin yang dapat menawarkan kompromi politik – pilihan yang tidak mungkin pada tahap ini," imbuh dia.
Sebagai informasi, Yahya Sinwar, yang mendalangi serangan Hamas pada 7 Oktober di kota-kota Israel, diperkirakan akan tetap menjadi komandan di Gaza.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)