Pemilihan khusus itu dilakukan untuk memilih presiden pengganti setelah Presiden Venezuela Hugo Chávez meninggal dunia pada bulan Maret.
Ia sebelumnya menjabat sebagai wakil presiden (Oktober 2012–Maret 2013) dan mantan pemimpin buruh.
Maduro adalah pendukung fanatik chavismo (sistem politik dan ideologi yang didirikan oleh Chávez).
Setelah menggantikan Chavez, Maduro terpilih kembali pada pilpres tahun 2018.
Pemerintahan Maduro yang dikenal otoriter menyebabkan upaya berulang kali oleh oposisi untuk menyingkirkannya dari jabatan.
Sementara itu mengutip NPR, Edmundo González Urrutia (74) adalah seorang pensiunan diplomat.
Para pemimpin oposisi memasukkannya ke dalam daftar pemilih setelah Maria Corina Machado didiskualifikasi karena tuduhan korupsi yang tidak terbukti.
Keduanya telah berkampanye bersama dan menarik banyak massa.
Machado yang bersemangat mendesak para pendukungnya untuk memilih penggantinya.
González menjabat sebagai duta besar Venezuela untuk Aljazair dan Argentina tetapi berhenti pada tahun 2002 untuk bekerja untuk oposisi politik Venezuela.
Ia tidak pernah memegang jabatan terpilih.
Baca juga: Pengamat Menilai Pilpres Venezuela Tidak Demokratis karena Kurang Transparan
Sebelum kemunculannya yang tiba-tiba sebagai pengganti Machado, ia tidak dikenal oleh sebagian besar orang Venezuela.
Namun banyak yang mendukungnya.
González belum menjelaskan secara rinci apa yang akan dilakukannya sebagai presiden.
Namun, ia berjanji akan memimpin pemerintahan untuk semua orang di mana Machado akan menjadi pemain kunci.
"Dia (Machado) adalah pemimpin penting dalam proses ini. Ia akan memegang peran apa pun yang diinginkannya dalam pemerintahan," katanya kepada surat kabar The Guardian.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)