TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Luar Negeri Israel memanggil Wakil Duta Besar Turki karena mengibarkan bendera setengah tiang untuk menghormati mendiang pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh.
Menteri Luar Negeri Israel Katz mengatakan memanggil Wakil Duta Besar Turki untuk memberikan teguran.
Menurut Katz, hal tersebut tidak diterapkan di Israel, terlebih untuk menghormati Haniyeh.
"Israel tidak akan menerima pernyataan ikut berkabung untuk seorang pembunuh seperti Ismail Haniyeh," kata Katz dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantornya, dikutip dari The Times of Israel.
Karena Israel tidak menerima hari berkabung untuk Haniyeh, Dubes Turki diminta meninggalkan Israel jika ingin memperingati kematian Haniyeh.
"Jika perwakilan kedutaan ingin berkabung, biarkan mereka pergi ke Turki dan berkabung bersama dengan tuan mereka Erdogan, yang mendukung organisasi Hamas dan mendukungnya," jelas Katz.
Menanggapi pernyataan Katz, juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki, Oncu Keceli menegaskan bahwa perdamaian tak akan bisa dicapai dengan cara Israel sekarang.
"Anda tidak dapat mencapai perdamaian dengan membunuh negosiator, mengancam diplomat," kata Oncu Keceli, dikutip dari Middle East Monitor.
Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengumumkan hari berkabung nasional pada Jumat, 2 Agustus 2024.
Diketahui, Ismail Haniyeh dan pengawalnya tewas dalam serangan terhadap tempat tinggal mereka di Teheran, Iran pada Rabu pagi.
"Haniyeh dan pengawalnya tewas dalam serangan terhadap akomodasi mereka di ibu kota Iran pada pukul 2:00 pagi (2230 GMT) pada hari Rabu," kata Garda Revolusi Iran.
Pemimpin Hamas itu berada di Teheran untuk menghadiri pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian yang baru terpilih pada Selasa.
Baca juga: Erdogan Marah, Turki Blokir Akses Instagram Gara-gara Hapus Postingan Ucapan Duka ke Ismail Haniyeh
Iran telah menyalahkan Israel atas pembunuhan itu, tetapi Tel Aviv menolak untuk mengonfirmasi atau menyangkal keterlibatannya.
Turki Blokir Instagram usai Hapus Ucapan Duka untuk Haniyeh
Selain itu, Otoritas Komunikasi Nasional BTK mengatakan, Turki telah memblokir akses ke Instagram pada Jumat (2/8/2024).
Pemblokiran ini terjadi setelah pejabat komunikasi Turki Fahrettin Altun, yang mengkritik platform tersebut karena telah memblokir postingan belasungkawa untuk Haniyeh.
“Ini adalah penyensoran, murni dan sederhana,” tulis Altun di X.
Ia mencatat Instagram tidak mengutip pelanggaran kebijakan apa pun atas keputusannya untuk memblokir konten tersebut, dikutip dari Al Jazeera.
Menurut Altun, Instagram tidak memberikan keadilan dan kebebasan berekspresi bagi penggunanya.
“Kami akan terus membela kebebasan berekspresi melawan platform-platform ini, yang telah berulang kali menunjukkan bahwa mereka melayani sistem eksploitasi dan ketidakadilan global,” kata Altun.
Meski Instagram terus menghapus postingan terkait Palestina, hal itu tidak membuat Turki gentar.
Dengan tegas, Altun mengatakan akan terus mengunggah apapun terkait Palestina untuk mendukung warga yang menjadi korban genosida Israel.
“Kami akan mendukung saudara-saudara Palestina kami di setiap kesempatan dan di setiap platform,” katanya.
Menurut media Turki, ada lebih dari 50 juta pengguna yang memiliki akun Instagram.
Pemblokiran ini juga membuat warganet mengeluh melalui X, sebelumnya Twitter.
Mereka menjadikan momen ini sebagai bahan ejekan di media sosial.
Salah satunya adalah meme diunggah oleh warganet yang memperlihatkan stasiun metro yang padat dengan keterangan “X ketika orang Turki bangun tidur dan mendapati Instagram diblokir”.
“Instagram diblokir di Turki, hidup sudah berakhir," tulis pengguna lainnya.
Hingga saat ini belum ada komentar langsung dari Meta Platforms Inc mengenai ini.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Kedubes Turki dan Konflik Palestina vs Israel