Tuduhan dilayangkan oleh pihak yang memasangkan spyware ke dalam ponsel Haniyeh melalui sebuah aplikasi.
Sputnik menuliskan, laporan yang belum dikonfirmasi menunjukkan serangan tersebut difasilitasi oleh WhatsApp.
Spyware diduga dipasang di ponsel Haniyeh melalui akun WhatsApp miliknya.
Demikian menyebabkan mudahnya pelacakan lokasi tempat Haniyeh berada saat itu juga.
Laporan awal yang dibuat oleh jurnalis yang berkantor di Brussels, Elijah J Mangier, menyatakan Haniyeh dibunuh setelah melakukan percakapan dengan putranya.
"Kala itu lokasi Haniyeh terlacak," ungkap jurnalis di wilayah tersebut meski tidak menyebutkan sumber informasinya.
Perangkat lunak mata-mata yang dimaksud diduga mirip dengan perangkat lunak Pegasus terkenal yang dikembangkan oleh firma intelijen dunia maya Israel NSO Group.
Namun, belum ada sumber lain yang menguatkan klaim Mangier.
Hingga kini, Meta, induk perusahaan yang menaungi WhatsApp, belum mengomentari masalah ini.
Kabarnya, pihak Meta telah meningkatkan upaya untuk menghapus referensi ke Hamas dari platformnya.
Baca juga: 30 Menit Bicara Hasilkan Militer Gabungan AS-Israel Lawan Iran, Biden dan Netanyahu Mulai Was-was
Yang terbaru adalah penghapusan postingan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Times of Israel melaporkan pada tanggal 1 Agustus.
“Biarlah ini menjadi pesan yang jelas dan tegas kepada Meta: Hentikan tindakan pengecut ini,” tulis Anwar di laman media sosialnya.
Tembus Pengamanan VIP
Seperti diberitakan, Haniyeh yang awalnya berdiam di pengasingan di Qatar dikabarkan tewas dalam ledakan di Teheran dini hari 31 Juli 2024 waktu setempat menurut Korps Pasukan Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran.
Haniyeh sedang mengunjungi Iran untuk pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian, dilaporkan menginap di sebuah wisma di kompleks Al-Zahra di distrik Zafaraniyeh, Teheran.