News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Profil dan Sosok

Karier Politik Sheikh Hasina, Menjabat sebagai PM Bangladesh 15 Tahun, Kini Tinggalkan Negaranya

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Suci BangunDS
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sheikh Hasina. Dalam artikel mengulas tentang jejak karier politik Sheikh Hasina, wanita yang menjabat sebagai Perdana Menteri Bangladesh selama 15 tahun.

TRIBUNNEWS.COM - Sheikh Hasina (76), perdana menteri terlama dalam sejarah pemerintahan Bangladesh, mengundurkan diri pada hari Senin (5/8/2024) dan langsung meninggalkan negaranya dengan helikoter demi keselamatannya dan keluarga.

Pengunduran dirinya dipicu aksi protes serta kerusuhan demonstran yang terjadi selama beberapa minggu terakhir.

Sekitar 300 orang tewas sejak pertengahan Juli.

Mengutip Associated Press dan BBC, begini rekam jejak karier politik Sheikh Hasina, yang pertama kali menjabat sebagai perdana menteri Bangladesh pada 1996 lalu.

Awal karier

Hasina pertama kali menjadi perdana menteri pada tahun 1996-2001.

Ia menjabat kembali pada tahun 2009 hingga pengunduran dirinya hari Senin (5/8/2024).

Lahir dari keluarga Muslim di Benggala Timur pada tahun 1947, Hasina memiliki darah politik dalam dirinya.

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina (NHK)

Ayahnya adalah pemimpin nasionalis Sheikh Mujibur Rahman, "Bapak Bangsa" Bangladesh yang memimpin kemerdekaan negara itu dari Pakistan pada tahun 1971 dan menjadi presiden pertamanya.

Saat itu, Hasina sudah membangun reputasi sebagai pemimpin mahasiswa di Universitas Dhaka.

Namun analis mengatakan, bahwa kehidupan politik Hasina didorong oleh tragedi.

Pada tanggal 15 Agustus 1975, ayahnya dibunuh dalam kudeta militer.

Baca juga: Kemlu RI Siapkan Safe House di KBRI Dhaka, Bisa Diakses WNI Jika Situasi di Bangladesh Memburuk

Pada malam kudeta itu, Hasina yang berusia 28 tahun sedang berada di Jerman bersama saudara perempuannya.

Saat itu, sekelompok perwira militer menyerbu rumah keluarganya di Dhaka dan membunuh kedua orang tua Hasina, tiga saudara kandung lainnya, dan staf rumah mereka, yang semuanya berjumlah 18 orang.

Para analis mengatakan, kejadian itu memotivasinya sepanjang karier politiknya.

“Hasina memiliki satu kualitas yang sangat hebat sebagai seorang politisi, yaitu menjadikan trauma sebagai senjata,” kata Avinash Paliwal, mantan dosen universitas yang mengkhususkan diri dalam urusan strategis Asia Selatan, pada bulan Januari lalu menjelang pemilihan umum Bangladesh.

Bagi Hasina, ayahnya adalah pendiri Bangladesh yang merdeka setelah pasukannya, yang dibantu oleh India, mengalahkan Pakistan pada tahun 1971.

Setelah pembunuhan itu, Hasina tinggal selama bertahun-tahun di pengasingan di India.

Ia kemudian kembali ke Bangladesh dan mengambil alih partai Liga Awami.

Namun, penguasa militer Bangladesh menahannya di dalam dan di luar tahanan rumah sepanjang tahun 1980-an hingga setelah pemilihan umum tahun 1996, di mana ia menjadi perdana menteri untuk pertama kalinya.

Hasina juga mengalami banyak penangkapan saat beroposisi serta beberapa kali percobaan pembunuhan.

Salah satu percobaan pada tahun 2004 bahkan merusak pendengarannya.

Ia juga selamat dari upaya untuk memaksanya mengasingkan diri dan banyak kasus pengadilan yang menuduhnya melakukan korupsi.

Persaingan Hasina dan Khaleda Zia

Mantan PM Bangladesh dan kepala BNP Khaleda Zia (X/@zarrar_11PK)

Puluhan tahun setelahnya, terjadi perebutan kekuasaan antara Hasina dan mantan Perdana Menteri Khaleda Zia.

Khaleda Zia adalah kepala partai oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh (BNP), yang kini sakit-sakitan dan berada dalam tahanan rumah.

Hasina dan Zia memerintah negara secara bergantian selama bertahun-tahun dalam persaingan sengit yang memecah belah politik Bangladesh.

Baca juga: Bagaimana demonstrasi di Bangladesh mengakhiri 15 tahun pemerintahan Sheikh Hasina

Hasina sering menuduh BNP mendekati para ekstremis garis keras yang telah diberantas oleh partainya, yang menyebut dirinya moderat dan sekuler.

Sementara BNP mengeklaim, partai Liga Awami menggunakan taktik-taktik represif untuk tetap berkuasa.

Keduanya saling menyalahkan saat protes baru-baru ini berubah menjadi kekerasan.

BNP, yang mendukung para pengunjuk rasa mahasiswa, berulang kali menyerukan agar Hasina mundur sementara Hasina menuduh mereka memicu kekerasan.

Tahun-tahun kekacauan

Setelah Hasina kalah dalam pemilihan umum tahun 2001, ia menjadi pemimpin oposisi.

Kekerasan politik, kerusuhan, dan intervensi militer mewarnai tahun-tahun hingga ia terpilih kembali.

Setelah kembali berkuasa, Hasina memusatkan perhatiannya pada ekonomi dan membangun infrastruktur yang sebelumnya tidak terlihat di Bangladesh, yaitu jaringan listrik yang kuat yang menjangkau desa-desa terpencil dan proyek-proyek besar seperti jalan raya, jalur kereta api, dan pelabuhan.

Industri garmen negara itu menjadi salah satu yang paling kompetitif di dunia.

Kemajuan pembangunan turut memicu kemajuan lainnya.

Anak perempuan dididik setara dengan anak laki-laki, dan semakin banyak perempuan yang bergabung dengan angkatan kerja.

Orang-orang yang dekat dengannya menggambarkan Hasina sebagai sosok yang aktif dan bersemangat untuk mengangkat derajat perempuan dan orang miskin.

Di panggung internasional, Hasina menjalin hubungan dengan negara-negara kuat, termasuk India dan China.

Namun, Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya menyatakan kekhawatiran atas pelanggaran hak asasi manusia dan kebebasan pers, yang membuat hubungan menjadi tegang.

Pada bulan Januari 2024, setelah Hasina memenangkan masa jabatan keempat berturut-turut, AS dan Inggris mengatakan bahwa pemilu itu tidak kredibel, tidak bebas, dan tidak adil.

Baca juga: Euforia di Bangladesh, Ribuan Warga Bersorak Gembira setelah PM Sheikh Hasina Tinggalkan Negaranya

Pemilu sebelumnya pada tahun 2018 dan 2014 juga dicederai oleh tuduhan kecurangan suara dan boikot oleh partai-partai oposisi.

Selama bertahun-tahun, para pengkritiknya menuduh pemerintahnya menggunakan cara-cara keras untuk membungkam perbedaan pendapat, membatasi kebebasan pers, dan membatasi masyarakat sipil.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia juga mengutip penghilangan paksa para pengkritik, yang dibantah oleh pemerintahnya.

Bagaimana nasib Bangladesh selanjutnya?

Mengutip Al Jazeera, tak lama setelah Hasina terlihat di TV menaiki helikopter militer bersama saudara perempuannya, kepala militer Jenderal Waker-uz-Zaman mengatakan, ia akan meminta arahan presiden untuk membentuk pemerintahan sementara.

Waker-uz-Zaman berjanji bahwa militer akan meluncurkan penyelidikan atas tindakan keras mematikan terhadap protes yang dipimpin mahasiswa yang memicu kemarahan terhadap pemerintah.

“Tetap percaya pada militer, kami akan menyelidiki semua pembunuhan dan menghukum yang bertanggung jawab,” katanya.

“Saya telah memerintahkan agar tidak ada tentara dan polisi yang terlibat dalam penembakan apa pun.”

“Sekarang, tugas para mahasiswa adalah tetap tenang dan membantu kami,” tambahnya.

Tak lama setelahnya, Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin memerintahkan pembebasan Khaleda Zia.

Tim pers presiden mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin (5/8/2024) bahwa pertemuan yang dipimpin oleh Shahabuddin telah memutuskan dengan suara bulat untuk segera membebaskan ketua Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) Begum Khaleda Zia.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini