TRIBUNNEWS.COM - Iran bakal memilih untuk mencari para pelaku pembunuhan terhadap Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh ketimbang melancarkan serangan ke Israel.
Dikutip dari Times of Israel, Teheran bisa menyerang Israel secara keseluruhan karena dituding sebagai pembunuh Haniyeh kendati Yerusalem tidak mengonfirmasi maupun menyangkalnya.
Laporan-laporan yang muncul, Iran bakal mencari orang-orang yang diyakini telah berkhianat dengan menjadi mata-mata badan keamanan Israel, Mossad.
Dilansir The Guardian, Teheran kini tengah menimbang-menimbang terkait adanya tekanan agar tidak meningkatkan ketegangan di kawasan jika lebih memilih untuk melakukan serangan ke Israel.
Tekanan tersebut dapat dilihat ketika Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar menentang, dalam pertemuan anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Iran, jika Teheran melakukan serangan ke Israel.
Ishaq menuturkan bahwa sebenarnya pembunuh Haniyeh memang harus dicari, tetapi Iran jangan sampai memenuhi hasrat Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu yang menurutnya memang menginginkan peperangan lebih luas di Timur Tengah.
"Kita tidak boleh memenuhi rencana Benjamin Netanyahu untuk perang yang lebih luas," kata Ishaq dalam sambutannya.
Kendati demikian, di sisi lain, pada Rabu (7/9/2024), Netanyahu sudah mengatakan kepada para tentara dalam sebuah kunjungan ke pangkalan perekrutan Tel Hashomer bahwa Israel telah siap untuk bertahan dan melakukan penyerangan balik jika mengalami serangan.
Bahkan, pernyataan Netanyahu itu didukung dengan infrastruktur seperti rumah sakit di Israel Utara dan Lebanon yang siap menampung para korban luka jika serangan ke Israel benar-benar terjadi.
Baca juga: Usai Bunuh Haniyeh di Iran, Israel Malah Disebut Buat Kesalahan Strategis Besar, Ini Alasannya
Komando front terdepan Israel minggu ini mengirimkan batalion pencarian dan penyelamatan ke kota-kota besar sehingga acara yang digelar di luar ruangan di Israel Utara kini telah dilarang.
Israel Sudah Siap Diserang tapi Belum Ada Pembatasan Aktivitas
Kendati sudah siap diserang, Israel masih belum melakukan pembatasan terhadap aktivitas warga sipil.
Adapun hal ini diduga agar jika Iran atau Hizbullah melakukan serangan, maka itu tergantung dari rencana Israel.
Di sisi lain, jika Iran dan Israel benar-benar berkonflik, negara tetangga yaitu Yordania enggan untuk ikut campur dan menjadi medan perang kedua negara.
Bahkan, jika ada serangan udara seperti roket ataupun rudal melewati Yordania, maka akan ditembak jatuh.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi kepada CNN.
"Pesan kami sudah jelas kepada Iran, kepada Israel, bahwa kami tidak akan menjadi medan pertempuran bagi siapapun."
"Kami tidak akan mengizinkan siapapun, sejauh yang kami bisa, untuk melanggar wilayah udara kami. Tanggung jawab pertama kami adalah terhadap rakyat kami, melindungi kedaulatan negara kami dan keselamatan rakyat kami," tegas Safadi.
Sementara, secara terpisah, Penjabat Menteri Luar Negeri Iran, Ali Bagheri, menuduh bahwa Israel memang ingin memperluas peperangan di kawasan dengan tidak mau mengomentari tewasnya Haniyeh.
Namun, media Iran menilai keputusan Iran untuk menahan diri tidak menyerang Israel bakal meningkatkan wibawa dari negara tersebut dan dianggap sebagai negara perdamaian.
Haniyeh Disebut Dibunuh 2 Anggota IRGC yang Direkrut Mossad
Fakta mencengangkan muncul soal tewasnya Haniyeh di mana pelakunya adalah dua anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) yang direkrut oleh badan mata-mata Israel, Mossad.
Dikutip dari Anadolu Agency yang mengutip laporan Jewis Chronicle, dua orang tersebut membunuh Haniyeh dengan meletakkan sebuah alat peledak di bawah tempat tidur.
"Orang-orang Iran sendiri menyadari hal ini setelah pembunuhan itu, ketika para penjaga terlihat dalam rekaman kamera keamanan pada hari pembunuhan itu bergerak diam-diam di lorong menuju kamar tempat Haniyeh berencana untuk tinggal, membuka pintu dengan kunci dan memasuki kamar," demikian tertulis dalam laporan tersebut.
Baca juga: Terungkap Pembunuh Ismail Haniyeh: 2 Warga Iran Anggota IRGC yang Direkrut Mossad
Nyatanya, gerak-gerik kedua orang tersebut saat memasuki kamar Haniyeh terlihat kamera.
"Penjaga tempat parkir mengidentifikasi mereka dan membuka gerbang tanpa penyelidikan apapun dan sattu jam kemudian, mereka dievakuasi dari Iran oleh Mossad," begitu tertulis dalam laporan.
Haniyeh tewas seusai menghadiri pelantikan Presiden Iran terbaru, Masoud Pezeshkian yang menggantikan Ebrahim Raisi yang meninggal akibat helikopter yang ditumpanginya jatuh pada 19 Mei 2024 lalu.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Konflik Palestina vs Israel