Warga Palestina Terpaksa Gunakan Kantong Plastik untuk Kumpulkan Potongan Tubuh Korban Serangan Bom di Gaza
TRIBUNNEWS.COM- Warga Palestina gunakan kantong plastik untuk kumpulkan potongan tubuh korban serangan sekolah di Gaza.
Warga Palestina terpaksa menggunakan kantong plastik untuk mengumpulkan bagian tubuh warga sipil yang terbunuh dalam serangan terbaru Israel terhadap sekolah perlindungan di Gaza.
Setidaknya 100 warga Palestina tewas Sabtu dini hari ketika tentara pendudukan Israel mengebom sekolah Al-Tabi'in di lingkungan Al-Daraj di timur Kota Gaza.
Para saksi melaporkan bahwa serangan itu terjadi ketika orang-orang sedang berkumpul di halaman sekolah untuk salat subuh.
Para wartawan dan tim kesehatan serta pertahanan sipil yang bekerja di wilayah tersebut berjuang untuk menggambarkan bencana tersebut di tengah-tengah mayat-mayat yang berserakan, beberapa di antaranya terbakar.
Para saksi mengatakan bahwa kurangnya air membuat pemadaman api menjadi mustahil, sementara yang lain melaporkan bahwa banyak korban yang kepalanya tertembak akibat serangan tersebut.
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan api mengepul dari sekolah setelah serangan tersebut, sementara teriakan terdengar.
Israel Keliru Masukkan Warga Gaza ke Daftar Teroris, Sebenarnya Sipil, Mereka Syahid Dibom Saat Salat Subuh
Israel secara keliru memasukkan beberapa nama dan foto warga sipil Gaza ada dalam daftar yang menurut mereka diangap sebagai teroris.
Belakangan, terungkap fakta sebenarnya mereka hanya warga sipil di Gaza.
Dua guru, seorang wakil walikota, dan korban yang dibunuh pada tanggal-tanggal sebelumnya tanpa ada kaitannya dengan perlawanan Hamas termasuk di antara mereka yang dibantai di sekolah Al-Tabi'in di Kota Gaza.
Tentara Israel secara keliru mengklaim bahwa lebih dari selusin dari lebih dari 100 warga sipil yang dibantai dalam serangannya terhadap sebuah sekolah di Gaza pada 10 Agustus adalah “operasi teroris” yang tergabung dalam Hamas dan gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ).
Ketua Euro-Med Human Rights Monitor Ramy Abdu dan jurnalis Gaza Motasem Dalloul, yang keduanya mengenal beberapa korban secara pribadi, termasuk di antara banyak orang yang mengkritik klaim Israel.
Abdu mengungkapkan melalui media sosial bahwa dua dari mereka yang terdaftar sebagai "agen" sebenarnya adalah warga sipil yang telah terbunuh dalam serangan Israel sebelumnya.