IDF dengan klaim bahwa sekolah-sekolah tersebut merupakan pusat operasi Hamas, kelompok yang memerintah Gaza, untuk menyembunyikan para pejuang dan senjata.
Hamas membantah beroperasi dari fasilitas sipil.
Israel diketahui meningkatkan serangan saat perundingan gencatan senjata berlangsung sebagai taktik tekanan.
Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar telah meminta Israel dan Hamas untuk melanjutkan perundingan perdamaian pada tanggal 15 Agustus.
Tanpa memberikan bukti apa pun, Israel mengklaim 19 pejuang tewas dalam serangan mematikan itu. Kemarin, jumlah itu direvisi menjadi 31.
Penyelidikan oleh lembaga verifikasi Sanad Al Jazeera menemukan bahwa Israel menargetkan dan membunuh warga sipil dengan mengirim bom presisi ke aula salat yang menampung keluarga dan kapel pria di bawahnya saat salat subuh dimulai.
"Israel menggunakan bom GBU-39 SDB buatan AS dalam serangannya, yang sengaja diatur waktunya untuk menimbulkan korban sebanyak-banyaknya," kata penyelidikan tersebut.
Organisasi nirlaba Euro-Med Human Rights Monitor mengatakan penyelidikan awal tidak menunjukkan bukti adanya operasi militer di sekolah tersebut.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)