Mohammad dan istrinya, Jumana Arafa, yang mengungsi dari Gaza utara, menyambut kelahiran bayi kembar mereka setelah menjalani operasi caesar yang sulit.
Hati mereka dipenuhi kegembiraan, dan pasangan itu menantikan masa depan bersama kedua anak mereka.
Saat ia bergegas keluar pada Selasa pagi untuk mengambil akta kelahiran anak-anaknya, ia menerima panggilan telepon yang memberitahukan bahwa penembakan Israel telah menargetkan apartemen tempat keluarganya tinggal.
Dengan jantung berdebar kencang dan rasa takut yang menguasainya, Mohammad bergegas ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir Al-Balah, di mana ketakutan terburuknya terbukti benar.
Terjatuh dalam kesedihan saat melihat keluarganya berkumpul di luar kamar mayat, sang ayah menyadari bahwa istrinya dan bayi kembar mereka termasuk di antara korban.
“Aysel dan Asser adalah awal dan akhir kebahagiaan saya. Kebahagiaan saya tidak lengkap, dan kini telah sirna,” kata ayah yang berduka itu.
Tragedi yang tak terhitung jumlahnya
Di seberang ruangan, saudara laki-laki Jumana berduka atas ibunya, Rim Jamal Al-Batraoui, 50, yang juga tewas dalam serangan itu.
Sambil memegang jenazah ibunya dan menatap saudara perempuannya serta anak-anaknya, ia bertanya sambil menangis, "Apa kejahatan mereka? Mengapa tentara Israel menargetkan mereka?"
Serangan itu merupakan bagian dari serangan berkelanjutan Israel di Jalur Gaza, yang telah menewaskan hampir 40.000 orang sejak 7 Oktober 2023.
Pembunuhan bayi kembar yang baru lahir adalah satu dari banyak tragedi yang terjadi di tengah perang Israel. Hal itu membuat keluarga seperti keluarga Mohammad hanya memiliki kenangan tentang orang-orang terkasih yang telah hilang.
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang berkelanjutan di Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas.
Lebih dari sepuluh bulan setelah perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang melumpuhkan terhadap makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, yang putusan terakhirnya memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di kota selatan Rafah, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina mencari perlindungan dari perang sebelum diinvasi pada 6 Mei.
SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR