Tetapi sejauh ini belum ada surat perintah penangkapan yang dikeluarkan untuk mereka, menurut SZ, Zeit dan ARD.
Wanita itu mengatakan kepada lembaga penyiaran Welt pada hari Rabu (14/8/2024) bahwa baik dia maupun suaminya tidak terlibat.
Ia mengaku berada di Kyiv, ibu kota Ukraina, pada saat serangan pipa tersebut.
Pipa Nord Stream 1 dan 2 senilai miliaran dolar yang menyalurkan gas di bawah Laut Baltik, pecah akibat serangkaian ledakan pada September 2022.
Peristiwa ini terjadi selang tujuh bulan setelah Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina.
Ledakan itu menghancurkan tiga dari empat jaringan pipa Nord Stream, yang telah menjadi simbol kontroversial ketergantungan Jerman pada gas Rusia setelah invasi Moskow ke Ukraina.
Rusia menyalahkan Amerika Serikat, Inggris, dan Ukraina atas ledakan tersebut, yang menyebabkan pasokan gas Rusia terputus dari pasar Eropa yang menguntungkan. Negara-negara tersebut membantah terlibat.
Jerman, Denmark, dan Swedia semuanya membuka penyelidikan atas insiden tersebut, dan Swedia menemukan jejak bahan peledak pada beberapa benda yang ditemukan dari lokasi ledakan.
Temuan tersebut mengonfirmasi ledakan tersebut merupakan tindakan yang disengaja.
Investigasi Swedia dan Denmark ditutup Februari ini tanpa mengidentifikasi tersangka mana pun.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)