"Mereka dapat menempatkan agen-agennya di antara orang-orang Palestina untuk menyiarkan pesan atau memperoleh informasi yang memungkinkannya mengubah pertempuran menjadi menguntungkannya," lanjutnya, seperti diberitakan IRNA.
Namun, Israel menyembunyikan bahwa perlawanan Palestina mengetahui rencananya.
"Tetapi apa yang coba disembunyikan oleh pendudukan adalah bahwa perlawanan mengetahui rencana dan arahan ini, dan mengikuti dengan cermat semua rencana pendudukan dan gerakan mencurigakan," tambahnya.
Israel juga meminta mereka untuk menyebarkan rumor bahwa perlawanan Palestina telah menyebabkan krisis di Jalur Gaza.
Selain itu, Israel diduga menyebar agennya ke rumah sakit dan kamp penampungan pengungsi Palestina untuk mendapatkan lebih banyak informasi.
Agen-agen tersebut berkomunikasi dengan SIM dari Israel yang tidak dapat dilacak oleh kelompok perlawanan.
Israel belum menanggapi klaim Kementerian Dalam Negeri Gaza.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 39.965 jiwa dan 92.294 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (15/8/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Quds.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel