News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Pertama Kalinya Rudal Hizbullah Jamah Pemukiman Shamir Israel, Serangan Roket Guyur Galilea-Golan

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Roket yang diluncurkan gerakan Hizbullah Lebanon untuk pertama kalinya menghantam pemukiman Shamir di Israel Utara.

Untuk Pertama Kalinya Rudal Hizbullah Jamah Pemukiman Shamir Israel, Serangan Besar Roket Guyur Galilea dan Golan

TRIBUNNEWS.COM – Gerakan Perlawanan Lebanon Hizbullah untuk pertama kalinya melancarkan serangan besar-besaran terhadap pemukiman Shamir, di wilayah utara pendudukan Israel.

Sumber berita melaporkan serangan roket besar-besaran oleh Hizbullah di wilayah Galilea dan Golan yang diduduki pada Kamis (15/8/2024).

Media Israel mengumumkan kalau lebih dari dua puluh roket ditembakkan ke wilayah utara Israel.

Baca juga: Israel Kekurangan Amunisi Level Kritis, Peluru Iron Dome Tak Memadai Tangkis Rudal Masif Hizbullah

Kebakaran juga melanda kota Shamir di wilayah utara Israel setelah serangan Hizbullah.

Dalam pernyataannya, Hizbullah mengumumkan kalau serangan terhadap pemukiman Shamir dilakukan untuk mendukung Gaza dan juga sebagai pembalasan atas serangan musuh Zionis di desa-desa selatan Lebanon.

Gerakan Perlawanan Lebanon itu telah melakukan serangan rutin sejak awal Oktober terhadap posisi militer rezim Israel sebagai pembalasan atas serangan rezim pendudukan terhadap Gaza dan Lebanon selatan.

Israel melancarkan perang brutal di Gaza yang terkepung pada tanggal 7 Oktober setelah Hamas melakukan operasi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap entitas pendudukan sebagai pembalasan atas kekejaman yang semakin intensif terhadap rakyat Palestina.

Israel telah melakukan pengepungan total terhadap wilayah padat penduduk tersebut, memutus bahan bakar, listrik, makanan, dan air bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang tinggal di sana.

Roket Hantam Kiryat Shmona Israel Tanpa Peringatan

Serangan Hizbullah ini merupakan lanjutan serangan roket yang diluncurkan dari Lebanon.

Pada Rabu (14/8/2024), dua roket menghantam kota Kiryat Shmona di utara wilayah Israel, menyebabkan kerusakan, kata pemerintah kota pendudukan dilansir MNA.

Gerakan Perlawanan Lebanon, Hizbullah, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Rabu kalau pasukannya menembakkan serangan rudal Katyusha ke Kiryat Shmona sebagai tanggapan atas agresi tentara Israel (IDF) terhadap Kota Abbasieh di Lebanon Selatan.

Baca juga: Bandara Ben-Gurion Target Empuk Serangan Iran-Hizbullah, Israel Pindahkan Simbol Nasional ke Eilat

Laporan media Israel, Times of Israel mengutip sumber-sumber lokal yang mengatakan bahwa "Dua roket yang diluncurkan dari Lebanon menghantam kota Kiryat Shmona di utara beberapa waktu lalu, menyebabkan kerusakan, kata pemerintah kota."

Juru bicara kota tersebut mengatakan tidak ada sirene yang dibunyikan sebelum roket menghantam.

Baca juga: Pawai Drone Hizbullah Sasar Kiryat Shmona Tanpa Dicegat: Sirene Baru Meraung Setelah Ledakan 

Gambar yang diklaim diambil dari Kiryat Shmona di Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki, memperlihatkan kebakaran di perbukitan utara setelah terkena serangan roket Hizbullah pada Jumat (10/5/2024). (Telegram)

Tel Aviv Bisa Terbakar Seperti Kiryat Shmona

Serangan gerakan Hizbullah makin intensif ke wilayah pendudukan Israel seiring meningkatnya eskalasi di perbatasan.

Hizbullah, bersama Iran, bersumpah akan melakukan pembalasan ke Israel atas pembunuhan dua tokoh perlawanan, pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran dan komandan senior Hizbullah, Fuad Shukr di Beirut beberapa waktu lalu.

Terkait pembalasan tersebut, dalam sebuah wawancara dengan Israel Hayom, Haim Tomer, mantan pejabat senior di Satuan Tugas Khusus dan Intelijen Mossad, mengungkapkan pesimismenya tentang peluang selamat Israel jika benar melakukan perang habis-habisan melawan Gerakan Perlawanan Lebanon Hizbullah.

Dia memperingatkan, menyatakan perang habis-habisan terhadap Lebanon, setelah delapan bulan agresi di Gaza, akan membahayakan fungsi “Israel” sebagai entitas pendudukan – secara ekonomi, sosial, dan internasional.

Baca juga: Hizbullah Ubah Taktik Jelang Invasi Israel ke Lebanon: Barak Militer IDF di Perbatasan Disapu Rudal

"Masyarakat Israel harus memahami ancaman perang habis-habisan terhadap visi Zionis Israel," katanya dilansir Al Mayadeen, Sabtu (7/6/2024).

Baca juga: IDF Ganti Mode Serang di Utara, PLN Israel Ingatkan Skenario Ribuan Rudal Hizbullah: Siap-siap Gelap

Gambar ILustrasi. Kelompok milisi Lebanon, Hizbullah dilaporkan menyergap konvoi tentara Israel dan menghujani IDF dengan berbagai jenis tembakan mulai dari peluru artileri, rudal berpemandu, hingga senjata anti tank di Ruwaisat Al-Alam, Kamis (25/4/2024) malam. (khaberni/HO)

Hizbullah akan Melumpuhkan Israel

Jika perang toal terjadi, Tomer membayangkan ribuan rudal Hizbullah akan menyerang seluruh entitas pendudukan, “membungkamnya selama berminggu-minggu.”

Dia menekankan, jika Israel bersiap untuk perang habis-habisan dengan Hizbullah, seperti yang dikemukakan oleh Kepala Staf IDF Herzi Halevy, maka negara pendudukan itu harus bersiap menjadi sasaran tembak ribuan rudal selama berminggu-minggu.

Baca juga: Jenderal IDF: Dikeroyok 6 Front Pertempuran, 3 Ribu Rudal Tiap Hari akan Meluncur ke Israel

“Hal ini (pernyataan perang habis-habisan) berarti aakan ada peluncuran ribuan rudal yang menargetkan inti Israel, menyebabkan kelumpuhan yang meluas selama berminggu-minggu, berdampak pada Israel, dan fasilitasnya, termasuk Pelabuhan Haifa dan bandara militer di utara".

Dia juga memprediksi, kota-kota utama Israel seperti Tel Aviv dan Haifa, juga bisa seperti Kiryat Shmona, kota di perbatasan utara yang baru-baru ini 'terbakar' oleh serangan besar rudal Hizbullah.

Baca juga: Seusai Hizbullah Bakar Kiryat Shmona di Utara, Giliran Houthi Gempur Kota Eilat di Israel Selatan

“Ada kemungkinan bahwa nasib Kiryat Shmona dan Galilea yang ditinggalkan, di mana terdapat banyak kerusakan, akan serupa dengan kota Acre, Tiberias, dan mungkin juga Haifa, dan mungkin meluas lebih jauh ke Tel Aviv. "

Tomer membahas ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dapat menimpa Israel dan memuji Iran karena merencanakan "pengepungan" terhadap Israel, seperti yang ia jelaskan.

Baca juga: Cueki AS, Israel Mau Gempur Lebanon: Hizbullah Punya 150 Ribu Rudal, IDF Tak Siap Perang Multifront

Pangkalan militer Israel di Golan dilaporkan diserang tiga rudal yang ditembakkan dari arah Suriah, Kamis (4/4/2024). Di lokasi berbeda pada hari yang sama, markas komando Brigade Liman Israel di wilayah pendudukan Israel di Jal Al Alam, dilaporkan mendapat serangan rudal dari Hizbullah. (tangkap layar PT)

“Israel berada dalam perang multi-front dan berada di ambang masalah yang berdampak dramatis bagi masa depannya. Hizbullah menciptakan ancaman yang tidak kita bayangkan dan IDF tidak punya jawaban untuk itu. Iran menyiapkan apa yang disebut 'Pengepungan Israel' dengan cara yang sangat menyeluruh."

Hizbullah Punya Kecerdasan Taktis yang Lebih Baik dari Israel

Membahas ancaman yang ditimbulkan oleh Hizbullah Tomer berpendapat, "Mereka mempunyai rudal presisi yang dapat meledakkan ladang gas Israel dalam hitungan detik. Israel tidak mempunyai solusi terhadap ancaman Hamas dan Hizbullah. Tentu saja, Israel juga  tidak punya solusi soal  jumlah drone yang dimiliki Hizbullah. Selain itu, Angkatan Udara Israel tidak lagi bebas beroperasi di Lebanon karena sistem deteksi yang digunakan Iran untuk Nasrallah.”

Dia lebih lanjut menyoroti kelemahan pendudukan di hadapan Hizbullah saat ini.

Tomer mengakui bahwa kemampuan taktis dan militer Hizbullah tidak boleh diremehkan.

“Mereka memiliki kecerdasan taktis yang lebih baik daripada Israel, atau setidaknya tidak kalah dengan Israel. Belum tentu sistem Israel yang telah dikembangkan mampu merespons. Ini adalah pertanyaan seberapa besar dan sejauh mana Hizbullah akan menyerang kita,” katanya.

Baca juga: Drone Canggih Ditembak Jatuh, Media Israel: Sistem Pertahanan Udara Hizbullah Bukan Kaleng-kaleng

Dia menyatakan, "Hizbullah mempunyai persediaan berbagai roket yang berjumlah 100.000 hingga 150.000 hulu ledak. Jika mereka mau, mereka akan tahu cara menembakkan 1.500 roket setiap hari pada hari-hari pertama pertempuran, dan setelah sepuluh hari mereka baru akan menghabiskan 10 persen saja dari persediaan persenjataan mereka. Jika skenario seperti itu terjadi, kami tidak akan mendapat tanggapan penuh."

Tomer menjelaskan bahwa Israel harus mengakui bahwa Hamas di Gaza dan Hizbullah di Lebanon, telah mengembangkan taktik pertempuran tingkat lanjut, yang ia sarankan mencakup operasi bawah tanah, operasi darat, dan berbagai jenis rudal balistik dan terbang.

Baca juga: Pakar Militer: Brigade Al Qassam Hamas Ciptakan Taktik Baru Pertama dalam Sejarah Perang Gerilya

Tentara IDF Israel dalam Perang kedua melawan Lebanon. Israel mengancam akan melancarkan perang ketiga seiring intensifnya serangan roket Hizbullah ke pemukiman Yahudi di utara Israel. (tangkap layar ap)

Apa Saja Pilihan Bagi Israel

Mantan pejabat Mossad tersebut menyatakan bahwa "Jika saya melihat satu tahun ke depan, saya pikir Israel sedang memperdebatkan dua opsi penting, yang masing-masing memiliki implikasi besar bagi Negara Israel. Kita berada di persimpangan sejarah yang kritis," sebagaimana dikutip oleh Israel Hayom.

Dia juga mengatakan kalau pilihannya adalah menerima garis besar pidato Presiden AS, Joe Biden yang meminta Israel segera menghentikan perang di Gaza.

“Dengan demikian, Israel dapat mengulur waktu. Atau pilihan lain adalah dengan segera memulai perang skala besar, sebuah skenario yang sata anggap sebagai bencana," katanya.

Pilihan Pertama

Pertama, Israel menerima garis besar Biden, yang menyerukan penghentian pertempuran di Gaza, dengan harapan bahwa hal ini juga akan menghentikan pertempuran di front utara.

"Intensitas pertempuran di kedua front akan berkurang secara signifikan, beberapa korban penculikan. mungkin dibebaskan, dan kita akan mengulur waktu."

Dia menjelaskan bahwa "Biden pada dasarnya mengatakan kepada Israel: Tunggu sebentar. Anda telah memberikan pukulan yang sangat keras kepada Hamas. Meskipun Anda belum membunuh Sinwar atau Mohammad Deif; beberapa struktur batalion tetap berfungsi dan utuh."

Dalam hal ini, apa yang diungkapkan Tomer sejalan dengan apa yang juga ditekankan oleh media Israel mengenai kegagalan strategis Israel di Jalur Gaza.

Pilihan kedua

Menurut Tomer, “Pilihan lain adalah terlibat dalam perang skala penuh. Namun, setiap tentara memerlukan waktu untuk berorganisasi, dan setelah delapan bulan berperang, IDF sudah lelah. Jika kita memilih untuk berperang di utara, IDF harus bersiap menghadapi kemungkinan perang besar-besaran di Lebanon."

Israel, menurutnya, perlu memahami urgensi menghentikan perang, sesuatu yang menurutnya belum ditangani dengan baik oleh kepemimpinannya.

Bagaimana dengan 'The Day After'?

Tomer menyarankan agar Israel menghentikan perang dan mencari solusi “The Day After” di Lebanon dan Jalur Gaza, menekankan bahwa pilihan kedua – perang skala penuh adalah pilihan yang buruk.

Dia merinci bahwa Yoav Gallant berencana untuk memobilisasi 350 ribu tentara cadangan sebagai persiapan untuk perang skala besar, dan menekankan bahwa pemukim Israel tidak akan mendukung langkah tersebut.

Israel Dipandang Lemah dalam Panggung Global

Mantan pejabat Israel tersebut menjelaskan bahwa secara politik, Israel kini dipandang lemah di tingkat internasional dan domestik, dan menekankan bahwa "Israel gagal pada tanggal 7 Oktober dan terus berjuang hingga saat ini".

Dia menjelaskan bahwa keretakan yang signifikan antara pemerintah Israel dan pemerintahan Biden terlihat jelas.

Tomer mencatat bahwa pemerintah AS menyimpan keraguan terhadap Benjamin Netanyahu dan pemerintahannya, dan terdapat kemarahan politik yang terakumulasi, terutama karena Biden fokus pada pemilu mendatang pada bulan November.

“Apa yang dilakukan Netanyahu dan bagaimana dia membantu Biden melawan Partai Demokrat atau Republik?”

Selama wawancara, dia menekankan bahwa “Israel telah mengalami kerusakan signifikan terhadap kedudukan internasionalnya,” dan menambahkan bahwa hubungan Netanyahu dan Biden sedang memburuk.

Selain itu, kehadiran Israel di Eropa “tidak terlalu baik,” katanya, mengutip larangan Israel baru-baru ini untuk mengikuti acara Eurosatory di Prancis, dan menekankan bahwa ini adalah pertama kalinya “Israel” tidak berpartisipasi dalam acara tersebut.

Pada skala strategis, ia menambahkan bahwa “Posisi internasional Israel pada tingkat strategis telah sangat rusak. Israel saat ini tidak memiliki koalisi melawan Iran.

"Iran berpendidikan dan Iran memimpin kampanye di sini. Israel kehilangan kemitraan yang telah dimilikinya dengan koalisi tersebut. dari berbagai negara yang bergabung pada malam serangan Iran pada 14 April. Israel tidak menjadikan peristiwa ini sebagai sebuah peluang."

Mengenai nasib perang dan bagaimana hal itu berakhir, Tomer sangat vokal mengenai rendahnya peluang Israel untuk mencapai “tujuan” mereka di Jalur Gaza, dengan menjelaskan, “Kita berada pada titik di mana kita belum mengalahkan Hamas."

Meskipun Israel telah memberikan pukulan yang signifikan dan parah, mereka belum mencapai kendali penuh atas wilayah tersebut dan tidak terhalang oleh kemampuan mereka untuk meluncurkan roket ke arah selatan.”

Dia menyimpulkan bahwa Israel harus menerima saran Joe Biden.

"Sistem telah mengalami trauma mental dan gagasan bahwa kita bertekad dan berjuang dengan sekuat tenaga dan bahwa kita akan menang pada akhirnya, adalah sebuah kebodohan," katanya.

(oln/khbrn/almydn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini