"Kami akan (menyerang) pada waktu yang tepat," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, Senin (19/8/2024).
Iran mengisyaratkan komitmen terhadap ancaman pembalasannya, tapi di saat yang bersamaan menyatakan niat hati-hati untuk menghindari memperburuk krisis regional.
Sikap ini menunjukkan upaya untuk menavigasi keseimbangan yang rumit dalam mempertahankan pengaruh, khususnya di antara proksi regional, tanpa sepenuhnya berkomitmen pada konflik langsung dengan Israel dan AS, mengingat tekanan ekonomi yang mendasarinya.
Pada Selasa (20/8/2024), mantan Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), Mohsen Rezaee, mengatakan kepada CNN, "Kami telah menyelidiki kemungkinan dampaknya."
"Dan kami tidak akan membiarkan Netanyahu menyelamatkan dirinya sendiri. Tindakan Iran akan sangat diperhitungkan."
Senada dengan itu, Juru Bicara IRGC, Ali-Mohammad Naini, mencatat, "Waktu ada di pihak kita, dan masa tunggu untuk tanggapan ini mungkin akan diperpanjang."
Baca juga: Di Tengah Ancaman Serangan Iran dan Hizbullah, Warga Israel Merasa Keamanan Negara Buruk
Ketegangan di Timur Tengah terjadi menyusul pernyataan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menjanjikan "hukuman keras" bagi Israel sebagai balasan atas kematian Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran.
"Rezim Zionis kriminal dan teroris telah membunuh tamu kami yang terkasih di rumah kami (Iran) dan membuat kami berduka," kata Khamenei dalam sebuah pernyataan, Rabu (31/7/2024), dilansir Al Jazeera.
Ia menambahkan, "rezim Zionis juga menyiapkan dasar untuk hukuman keras bagi dirinya sendiri."
Khamenei juga menegaskan, adalah tugas Iran untuk membalas pembunuhan Haniyeh.
"Kami menganggap bahwa adalah tugas kami untuk membalas darahnya (tewasnya Haniyeh) dalam insiden pahit dan sulit yang terjadi di wilayah Republik Islam ini," imbuhnya.
Sebagai informasi, Haniyeh tewas diserang di Teheran, 31 Juli 2024 dini hari, sesaat setelah menghadiri pelantikan Presiden baru Iran, Masaoud Pezeshkian.
Acara pelantikan Pezeshkian diketahui menjadi kemunculan terakhir Haniyeh.
Selain Haniyeh, pengawal pribadinya yang juga Wakil Komandan Brigade Al-Qassam, Wasim Abu Shaaban, juga tewas dalam serangan itu.
Meski demikian, Israel hingga saat ini belum membantah ataupun mengakui pembunuhan terhadap Haniyeh.
Tetapi, sumber di Gedung Putih mengatakan Israel langsung menghubungi AS setelah Haniyeh tewas dan mengabarkan mereka lah yang membunuh Pemimpin Hamas tersebut.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)