TRIBUNNEWS.COM - Israel telah menyetujui serangkaian jeda dalam pertempuran di Gaza pada bulan September.
Pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Israel mengatakan, jeda tersebut dilakukan untuk memberikan vaksin polio kepada 640.000 anak-anak di Jalur Gaza.
Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Tepi Barat dan Gaza, Rik Peeperkorn mengungkapkan, rangkaian jeda itu akan dimulai pada Minggu (1/9/2024) mendatang.
Jeda tersebut akan dibagi menjadi tiga fase berdurasi tiga hari.
"Kami memiliki komitmen awal untuk jeda kemanusiaan di wilayah tertentu selama operasi ini," ungkap Peeperkorn, dikutip dari CNN.
"(Jeda akan dimulai dari) Gaza bagian tengah selama tiga hari, diikuti oleh Gaza bagian selatan, lalu diikuti oleh Gaza bagian utara," lanjut dia.
Selama setiap tahap, pertempuran akan dihentikan selama tiga hari berturut-turut antara pukul 06:00 dan 15:00 waktu setempat.
Seorang pejabat Israel mengonfirmasi, setiap fase kampanye vaksinasi diperkirakan akan berlangsung sekitar tujuh jam.
Selama jam-jam tersebut, vaksin akan dapat memasuki wilayah tersebut dalam keadaan "jeda" dan didistribusikan.
Namun, Coordinator of Government Activities in the Territories (COGAT) Israel sampai saat ini belum memberi informasi lebih lanjut tentang sistem distribusi vaksin tersebut.
Sekitar 1,26 juta dosis vaksin polio oral baru tipe 2 (nOPV2) sudah ada di Gaza, dengan 400.000 dosis tambahan yang akan segera tiba.
Baca juga: Program Vaksinasi Polio di Gaza Dimulai 1 September, Target 640.000 Anak
Vaksinasi akan dilakukan oleh staf PBB dan petugas kesehatan setempat lainnya.
Lebih dari 2.000 personel kesehatan dan penjangkauan masyarakat telah dilatih untuk memberikan vaksin.
WHO memiliki tujuan untuk mencapai cakupan vaksin sebesar 90 persen di seluruh jalur, yang diperlukan untuk menghentikan penularan virus di Gaza.
Hari keempat vaksinasi dan jeda kemanusiaan akan dilakukan jika diperlukan untuk mencapai tingkat vaksinasi tersebut.
Sementara itu, Juru Bicara PBB di Gaza, Louise Wateridge telah menyerukan gencatan senjata untuk memungkinkan program vaksinasi berjalan dengan aman.
"Kita tidak dapat memvaksinasi anak-anak di bawah langit yang penuh bom dan serangan, kita tidak dapat memvaksinasi anak-anak yang melarikan diri demi keselamatan mereka," ujarnya pada Jumat (30/8/2024), dikutip dari BBC.
"Setiap operasi militer selama kami mencoba menggelar kampanye vaksinasi akan memengaruhi kemampuan kami dalam memberikan vaksinasi ini kepada anak-anak," sambungnya.
Sementara itu, Anggota Biro Politik Hamas, Basem Naim mengatakan, kelompok militan itu menyambut baik desakan agar Gaza menghentikan sementara untuk kegiatan vaksinasi.
"Kami siap bekerja sama dengan organisasi internasional untuk mengamankan kegiatan ini," ujarnya.
(mg/Putri Amalia Dwi Pitasari)
Penulis adalah peserta magang dari Universitas Sebelas Maret (UNS).