TRIBUNNEWS.COM - Kementerian Luar Negeri Palestina mengomentari penggunaan peta Israel tanpa Tepi Barat sebagai bagian negara Palestina dalam konferensi pers Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada Senin (2/9/2024).
Palestina menganggap peta tersebut mengindikasikan aneksasi Tepi Barat ke Israel.
“Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, terus dan berulang kali menggunakan peta yang mencakup Tepi Barat. Negara pendudukan dengan jelas mengakui kejahatan kolonial rasis ini," kata Kementerian Luar Negeri Palestina, Selasa (3/9/2024).
"Mereka meremehkan legitimasi internasional dan keinginan internasional untuk perdamaian dan perjanjian yang ditandatangani, dan secara terang-terangan menentang upaya internasional yang dilakukan untuk menghentikan perang,” lanjutnya.
Israel disebut berniat untuk memusnahkan wilayah Palestina dan rakyatnya.
“Kementerian memandang dengan sangat serius pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional ini, terutama karena pendudukan melakukan bentuk kejahatan paling mengerikan terhadap rakyat kami, sebagai perwujudan praktis dari upaya untuk menyangkal keberadaan Palestina dan keadilan bagi mereka," katanya.
Palestina menganggap kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina bertujuan mengusir mereka dari tanah air mereka.
"Hal ini karena Netanyahu menyampaikan kebijakan kolonial yang ekspansionis dan rasis yang sedang dipraktikkan di lapangan di hadapan dunia,” katanya, seperti diberitakan Anadolu Agency.
Selain Jalur Gaza, Israel memperluas serangannya ke Tepi Barat.
Di Jenin, operasi militer tentara Israel berlanjut untuk hari ke-7 berturut-turut.
Serangan di Tulkarem, Tepi Barat pada minggu lalu, juga merupakan bagian dari serangan militer Israel yang terbesar dalam dua dekade.
Baca juga: Beda dengan Netanyahu, Mossad justru Bilang ke Qatar, Israel Siap Serahkan Koridor Philadelphi
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 40.819 jiwa dan 94.291 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (4/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Quds.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 109 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel