News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Mengapa banyak perempuan muda Jepang terobsesi dengan badan kurus?

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mengapa banyak perempuan muda Jepang terobsesi dengan badan kurus?

Ia mulai menyadari bahwa tubuhnya lebih berlekuk dan berotot saat ia mencapai pubertas sekitar usia 13 tahun, tetapi hal itu tidak mengganggunya.

Pada tahun 2021, setelah meneliti tentang model-model "plus-size", Dulmi mengikuti kontes Miss Universe Jepang, mengetahui bahwa perempuan lain akan memiliki bentuk tubuh yang lebih kurus atau yang disebut bentuk tubuh "trendi".

“Saya tidak ingin menurunkan berat badan selama kompetisi. Saya ingin menyampaikan gagasan tentang body positivity dan tentang diri saya sebagai model plus-size. Saya ingin mengubah standar kecantikan di Jepang.”

Dulmi berhasil mencapai babak final. Ia yakin bahwa ia adalah satu-satunya wanita bertubuh besar yang mengikuti kontes sejauh ini.

"Tentu saja, saya bangga dengan diri saya sendiri. Pengalaman masa kecil saya membuat saya kehilangan rasa percaya diri dari waktu ke waktu. Saya tahu bahwa saya mungkin tidak memiliki rasa percaya diri 100% [sekarang], tetapi tidak apa-apa," katanya.

Dominasi laki-laki

Eric Rath, yang mengajar sejarah Jepang pra-modern dan budaya makanan Jepang di Universitas Kansas di AS, menjelaskan bahwa menjadi langsing telah lama menjadi standar kecantikan dalam budaya Jepang.

"Jika Anda berpikir tentang kimono, garis-garisnya sangat vertikal. Tentu saja, kimono cocok untuk tubuh yang sangat ramping, dan para perempuan akan membalut tubuh mereka dengan sangat ketat untuk menonjolkannya," ungkapnya kepada BBC.

Dia menunjukkan bahwa Jepang adalah negara dengan preferensi pria yang dominan.

“Jika Anda melihat seni seperti Kabuki [sebuah bentuk teater tradisional Jepang], laki-laki adalah mereka yang memainkan peran perempuan, atau dalam seni ukir kayu pada periode Edo (1600-1868), perempuan digambarkan sebagai sosok yang ramping. Itu adalah fantasi laki-laki dan representasi mereka tentang kecantikan perempuan.”

Saat ini, perempuan Jepang menghadapi jenis prasangka yang berbeda, katanya.

“Mereka harus menikah, punya anak,” katanya.

“Jika mereka bekerja, mereka menghadapi diskriminasi di tempat kerja. Mereka tidak dapat mengendalikan semua [faktor] ini. Namun, menurunkan berat badan adalah sesuatu yang dapat mereka kendalikan. Jadi, beberapa melakukannya secara ekstrem.”

Melawan budaya berat badan kurus

Pemerintah Jepang berturut-turut telah berupaya mengatasi masalah perempuan kekurangan berat badan dengan menempuhl beberapa langkah, termasuk menawarkan panduan gizi kepada para pelajar.

Pada Maret 2000 silam, pemerintah menerbitkan Pedoman Diet untuk Orang Jepang. Salah satu pedoman tersebut menyarankan agar penduduk menjaga berat badan ideal dengan olahraga yang cukup dan makanan yang seimbang, serta tidak berusaha menurunkan berat badan terlalu banyak.

Pada 2022, pemerintah meluncurkan inisiatif yang mengajak berbagai lapisan masyarakat untuk terlibat. Inisiatif ini mengakui adanya masalah gizi, termasuk upaya untuk menjaga berat badan tetap rendah di kalangan perempuan muda.

Pemerintah daerah, termasuk di Kota Yamato, Prefektur Kanagawa, di luar Tokyo, mencoba meruntuhkan gagasan bahwa kekurangan berat badan itu menarik dengan menawarkan pendidikan gizi dari sekolah menengah hingga universitas, melakukan pemeriksaan kesehatan perempuan tiap bulan, dan memberikan konseling gizi individual.

Namun, Yasuko [nama keluarga dirahasiakan], yang mewakili Bloom Creative—sebuah agensi model ukuran besar di Jepang—meyakini masih ada prasangka terhadap perempuan bertubuh besar di Jepang dan bahwa mereka secara historis dianggap “kurang berharga” dibandingkan perempuan langsing.

Ia mengatakan banyak perempuan berukuran besar pernah direndahkan karena bentuk tubuh mereka oleh orang tua, diejek oleh teman-teman, dan merasa "tidak terlihat" di masyarakat karena tidak bisa membeli pakaian sesuai ukuran mereka.

Terlebih lagi, ukuran pakaian Asia biasanya lebih kecil daripada ukuran Barat, tetapi di Jepang, ukuran pakaian jauh lebih kecil daripada ukuran yang ditemukan di seluruh dunia.

Beberapa situs belanja menyarankan orang Barat yang ingin membeli pakaian di Jepang untuk membeli empat ukuran lebih besar dari biasanya.

Yasuko menceritakan satu kejadian yang menimpanya di angkutan umum.

“Saya disentuh oleh seorang pria paruh baya yang aneh di dalam kereta yang penuh sesak yang berkata kepada saya: 'Bagaimana kamu bisa hidup dengan tubuh gemuk yang menjijikkan dan erotis seperti itu, apakah kamu tidak malu akan hal itu?'” kata Yasuko.

Ia memilih untuk mengabaikan komentar yang menyinggung itu, dan mengatakan bahwa ia ingin fokus melawan prasangka melalui karyanya, demi generasi mendatang para perempuan berukuran besar di Jepang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini