News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Kalahkan AS, Rusia Kini Negara dengan Angkatan Perang Terbesar Kedua Sejagat, Ada 2,3 Juta Tentara

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tinjauan seremonial personel Resimen Pasukan Terjun Payung ke-104 Rusia, Divisi Pskov dari Pasukan Serangan Lintas Udara pada Maret 2020.

Putin buka suara atas wacana Barat itu. Dia menyebut Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak hanya membahas kemungkinan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh, tetapi juga ikut campur secara langsung dalam perang Rusia-Ukraina.

Kata Putin, jika Barat mengambil langkah itu, artinya para anggota NATO telah menyatakan perang melawan Rusia.

Putin menyebut Rusia akan mengambil keputusan berdasarkan ancaman yang dihadapinya.

Adapun Ukraina sudah lama meminta agar diperbolehkan mengerahkan senjata jarak jauh untuk menyerang Rusia.

Sementara itu, Biden mulai ditekan oleh para anggota dewan agar memberi Ukraina izin lantaran negara itu kini kesusahan mempertahankan wilayah yang dikontrolnya.

Meski demikian, Biden minggu mengungkapkan keraguannya mengenai kemampuan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh.

“Tentara Ukraina tidak mampu menggunakan sistem persenjataan jarak jauh yang canggih dan presisi, yang disediakan oleh Barat, tanpa bantuan NATO,” kata Biden dikutip dari CNN.

Baca juga: Putin Perluas Pasukan Militer Lagi, Tambah 180.000 Tentara, Total jadi 1,5 Juta di Tengah Konflik

Militer AS dilaporkan sudah membantu Ukraina dengan data intelijen. Di samping itu, AS sudah membantu Ukraina dalam hal penargetan.

Dalam konferensi pers pekan lalu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menegaskan bahwa AS menyediakan data intelijen untuk pasukan Ukraina. Namun, dia menolak menjawab ketika ditanya apakah AS akan meningkatkan jumlah data intelijen untuk Ukraina.

Blinken juga menuding Rusia melakukan eskalasi setelah Rusia menerima rudal balistik dari Iran.

“Sekarang kita sudah melihat tindakan Rusia menerima rudal balistik dari Iran, yang akan makin menguatkan agresinya di Ukraina. Jadi, jika ada yang melakukan aksi eskalasi, tampaknya mereka adalah Putin dan Rusia,” ujar Blinken.

(Tribunnews/Febri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini