TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat berkomentar soal ledakan pager di Lebanon.
Gedung Putih mengaku enggan melihat adanya eskalasi lebih lanjut antara Israel dengan kelompok militan Hizbullah.
Kendati demikian, pemerintahan Presiden AS Joe Biden pada Selasa (17/9/2024) juga berusaha mengecilkan kemampuannya untuk meredakan ketegangan antara keduanya.
Kepada wartawan pada Selasa (17/9/2024) sore, Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller menegaskan, Washington tidak terlibat dalam serangan itu.
AS bahkan tidak diberitahu sebelumnya bahwa serangan itu akan terjadi.
"Saya akan katakan bahwa kebijakan kami secara keseluruhan tetap konsisten, yaitu, kami ingin melihat penyelesaian diplomatik atas konflik antara Israel dan Hizbullah," kata Miller.
"Kami selalu khawatir tentang segala jenis peristiwa yang dapat menyebabkan eskalasi lebih lanjut," paparnya, dikutip dari Al Jazeera.
Pernyataan Miller muncul saat para pegiat hak asasi manusia mendesak pemerintahan Biden untuk memberikan tekanan pada Israel agar mengakhiri perang di Jalur Gaza.
Hizbullah, yang telah saling tembak lintas perbatasan dengan Israel sejak perang di Gaza dimulai, menyalahkan Israel atas ledakan pager.
Militan Lebanon itu berjanji akan memberikan "hukuman yang adil".
Hingga saat ini, Tentara Israel belum mengomentari ledakan tersebut.
Baca juga: Penyebab Ledakan Pager Serang Hizbullah Lebanon Kata Para Ahli, Netanyahu Angkat Jempol
Ditanya tentang sifat ledakan yang tampaknya tidak pandang bulu, Miller di Departemen Luar Negeri AS menolak berkomentar langsung tentang apa yang terjadi.
Namun, ia mengatakan bahwa, secara umum, posisi AS adalah bahwa "tidak ada negara, tidak ada organisasi yang boleh menargetkan warga sipil".
Korban Tewas
Menteri Kesehatan Lebanon mengatakan sedikitnya sembilan orang tewas, ketika pager meledak di Lebanon.
Di antaranya termasuk seorang gadis berusia delapan tahun.
Sekitar 2.750 orang juga terluka, termasuk 200 orang dalam kondisi kritis.