Lembaga itu meminta warga Israel tidak membuka tautan apa pun dalam SMS itu.
Di samping itu, masyarakat diminta memblokir nomor pengirim SMS dan melaporkannya kepada Direktorat Siber Nasional.
Sejak perang di Gaza meletus, pemerintah Israel sudah memperingatkan adanya upaya dari pihak di luar negeri yang bertujuan mengumpulkan data mengenai warga Israel atau meretas alat komunikasi dengan spyware dan malware.
Serangan-serangan siber itu dikenal sebagai “serangan narasi” dan melibatkan perang psikologis guna memicu kepanikan.
Shin Bet atau dinas keamanan Israel mengonfirmasi adanya beberapa pihak dari luar negeri, termasuk Iran, yang menjalankankan kampanye di media sosial.
Selain itu, ada peningkatan jumlah paket dan surat yang mengancam anggota anggota dewan Israel dan anggota keluarga sandera yang ditahan di Gaza.
Pengirim terkadang memanfaatkan informasi yang dicuri melalui sarana teknologi infomasi.
Para peretas dari Iran sudah membocorkan banyak informasi rahasia yang dicuri dari Israel.
Baca juga: Warga Israel Diteror Pesan Ancaman Via SMS: Pergi Kalau Mau Hidup, Jika Bertahan, Pergilah ke Neraka
Hal itu dilakukan untuk mempermalukan Israel dan terkadang untuk mengganggu lembaga pertahanan dan ekonomi negara Zionis itu.
Asosiasi Internet Israel sudah membantu Direktorat Siber untu membangun jaringan publik guna menerima laporan tentang pesan ancaman.
Tidak hanya Israel, Amerika Serikat (AS) kini juga menghadapi situasi serupa menjelang pilpres bulan November nanti.
Badan intelijen AS dan para raksasa teknologi seperti Google dan Micosoft mengungkapkan bahwa Iran sudah meretas markas tim pemenangan Donald Trump dan membocorkan informasi.
Iran juga berusaha melancarkan serangan yang sama terhadap Kamala Harris, rival Trump dalam Pilpres AS 2024.
"Kalian dikubur minggu depan"
Ada juga pesan ancaman yang dikirimkan kepada warga Israel pada bulan Agustus lalu.