News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

AS Desak Israel Tak Lanjutkan Invasi ke Lebanon, Kirim Pasukan Tambahan Untuk Redakan Konflik

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Asap mengepul dari lokasi serangan udara Israel di Marjayoun, dekat perbatasan Lebanon-Israel, pada 23 September 2024. - Militer Israel pada 23 September memberi tahu orang-orang di Lebanon untuk menjauh dari target Hizbullah dan berjanji untuk melakukan serangan yang lebih luas dan tepat terhadap kelompok yang didukung Iran tersebut. (Photo by Rabih DAHER / AFP)

 TRIBUNNEWS.COM –  Amerika Serikat (AS) memperingatkan Israel agar tidak melanjutkan serangan yang menargetkan wilayah ke Lebanon. Peringatan itu dilontarkan AS di tengah memanasnya konflik antara militer Israel dengan Hizbullah.

Dalam kesempatan tersebut AS juga menekankan bahwa Washington menentang Tel Aviv melancarkan operasi darat ke Lebanon.

“AS ingin mencari jalan keluar bagi semua pihak untuk melakukan deeskalasi,” kata seorang pejabat senior AS yang tidak mau disebutkan namanya sebagaimana dilansir dari AFP.

Untuk mencegah eskalasi lebih lanjut, Pejabat tersebut menyatakan pihak Kemenlu AS serta para pejabat senior akan membahas konflik di Timur Tengah tersebut di sela-sela Majelis Umum PBB minggu ini.

Langkah tersebut dilakukan guna meredakan situasi dan berubah menjadi proses diplomasi, membantu orang-orang di kedua sisi perbatasan untuk kembali ke rumah dengan selamat dalam waktu dekat.

"Saya pikir penting bagi semua pihak untuk secara serius mempertimbangkan bagaimana Israel mempersiapkan diri. Jelas bahwa serangan darat ke Lebanon tidak akan mengurangi ketegangan dan menghentikan spiral peningkatan kekerasan. Itu salah satu alasannya,” tambah pejabat AS itu.

Adapun kecaman itu dilontarkan pejabat AS di tengah panasnya serangan brutal militer Israel yang menargetkan markas-markas Hizbullah di beberapa wilayah Lebanon hingga memicu lonjakan korban jiwa.

Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan setidaknya 558 orang tewas, termasuk 50 anak-anak, dan ribuan orang lainnya terluka.

Jumlah korban ini menjadikan serangan tersebut sebagai yang paling mematikan di Lebanon dalam beberapa dekade terakhir.

Semenetara Hizbullah mengonfirmasi bahwa setidaknya 16 anggotanya, termasuk pemimpin senior Ibrahim Aqil dan komandan utama Ahmed Wahbi, tewas dalam serangan Israel tersebut.

Warga Lebanon Kabur Tinggalkan Perbatasan

Setelah ratusan roket Isarel menggempur Lebanon, ribuan orang berbondong-bondong mengungsi dari Lebanon Selatan yang berbatasan dengan wilayah Israel, melarikan diri menuju wilayah Lebanon Utara.

Ribuan orang ini mengungsi setelah Israel semakin brutal melakukan serangan, setidaknya dalam beberapa hari terakhir militer Zionis telah menembakan ratusan serangan udara Israel yang membabi-buta.

Imbas aksi mengungsi massal, kemacetan panjang terjadi di sepanjang jalanan menuju ibu kota Beirut sejak Senin (23/9/2024).

Dari cuplikan foto yang beredar di sosial media X, Antrean ribuan mobil yang ditumpangi berbagai penduduk desa di Lebanon selatan tampak tertahan dan mengular di ruas-ruas jalan utama dari jarak beberapa kilometer.

Rombongan tersebut dilaporkan bergegas meninggalkan Lebanon selatan dekat perbatasan Israel karena tentara IDF terus menerus melakukan menjatuhkan bom.

AS Kirim Pasukan ke Timur Tengah

Terpisah, menyusul konflik Timur Tengah yang makin meluas akibat serangan Israel ke markas-markas Hizbullah, AS  mengumumkan bakal mengirim pasukan tambahan ke Timur Tengah.

Pengerahan pasukan tambahan itu, diumumkan oleh Departemen Pertahanan AS pada Senin (23/9) waktu setempat.

"Menyoroti meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan karena sangat berhati-hati, kami mengirimkan sejumlah kecil personel tambahan militer AS untuk menambah kekuatan yang sudah ada di kawasan tersebut," ucap Sekretaris Pers Pentagon, Mayor Jenderal Pat Ryder, dilansir Anadolu.

Dalam kesempatan itu Ryder tidak menyebut lebih spesifik soal jumlah personel tambahan yang dikerahkan.

Namun dengan peningkatan  jumlah pasukannya, kini total pasukan AS yang berada di Timur Tengah melonjak menjadi 40.000 personel.

(Tribunnews.com/ Namira Yunia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini