Sebagai pemimpin politik dan militer yang cerdik, Nasrallah telah memperluas pengaruh Hizbullah hingga ke luar batas Lebanon.
Di luar negeri, Hizbullah bertindak seperti milisi.
Hizbullah membantu meredakan pemberontakan di Suriah pada tahun 2011 yang mengancam rezim Presiden Bashar al-Assad.
Nasrallah, dengan bantuan Iran, juga telah mengalahkan tantangan kepemimpinan dalam Hizbullah.
Pada tahun 1997, mantan pemimpin Hizbullah Sheikh Subhi Tufayli memimpin pemberontakan melawan Nasrallah, tetapi anak buahnya melucuti senjata para pemberontak, menurut YNet News.
Perang dengan Israel yang telah memperkuat kedudukan Nasrallah di dunia Arab.
Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah memainkan peran kunci dalam mengakhiri pendudukan Israel selama 30 tahun di Lebanon selatan pada tahun 2000.
Ia menjadi pahlawan di negara-negara Timur Tengah setelah mendeklarasikan "kemenangan ilahi" melawan Israel setelah 34 hari perang pada tahun 2006.
Setelah perang, Nasrallah tiba di kota kecil, Bint Jbeil, dekat perbatasan Israel dan menyampaikan salah satu pidato paling menonjol dalam kariernya.
"Nasrallah mengklaim bahwa Israel 'lemah seperti jaring laba-laba' meskipun memiliki senjata nuklir," ungkapnya kepada dunia Arab dan "rakyat Palestina yang tertindas", menurut laporan Guardian.
Kemenangan tahun 2006 tersebut membuat Nasrallah mendapatkan rasa hormat dari banyak warga Arab biasa yang tumbuh sambil menyaksikan Israel mengalahkan tentara mereka, menurut laporan Reuters.
Akan tetapi, sebagai penantang kekuatan Sunni seperti Arab Saudi, Hizbullah dan pendukungnya Iran juga memiliki banyak musuh di Timur Tengah.
Sumber: BBC