TRIBUNNEWS.COM - Kelompok bersenjata Yaman masih konsisten melakukan serangan masifnya ke Israel, dalam rangka dukungannya untuk kemerdekaan Palestina.
Brigadir Jenderal Yahya Saree, juru bicara militer Angkatan Bersenjata Yaman, yang berafiliasi dengan kelompok Ansarallah melaporkan dua operasi militer signifikan yang menargetkan Israel, Jumat (27/9/2024).
Terbukti sistem pertahanan Israel, termasuk iron dome, teknologi satelit dan intersepsinya, terbukti tidak efektif terhadap senjata Houthi Yaman.
Dalam operasi pertama, rudal balistik hipersonik, Palestine-2, menyerang instalasi militer di Tel Aviv, menurut Saree.
Serangan kedua, menggunakan pesawat tak berawak (drone) Jaffa, dilaporkan mengenai target kritis di wilayah Ashkelon.
Sumber tersebut juga menekankan bahwa rudal Yaman, mampu menempuh jarak lebih dari 2.000 kilometer.
Saree menegaskan bahwa kedua operasi tersebut berhasil mencapai sasaran yang dituju, yakni target vital Israel.
Operasi militer Houthi Yaman ini digambarkan sebagai respons terhadap agresi Israel dan sebagai bentuk solidaritas dengan gerakan perlawanan Palestina dan Lebanon.
Ia menekankan bahwa tindakan militer lebih lanjut terhadap Israel akan terus berlanjut hingga serangan terhadap Gaza dan Lebanon berhenti, mengutip Palestine Chronicle.
Sumber-sumber Yaman mengungkapkan kepada jaringan berita Lebanon Al-Mayadeen bahwa target-target baru Israel telah diidentifikasi dalam operasi-operasi yang sedang berlangsung.
Hal ini juga menggarisbawahi bahwa Yaman tetap berkomitmen untuk mendukung Palestina.
Baca juga: Geram dengan Tragedi di Lebanon, Akankah Iran Tanggapi Serangan Israel?
Yaman menegaskan akan terus menyerang lokasi-lokasi sensitif dan strategis di Israel.
Selain itu memperingatkan bahwa operasi tahap kelima akan sangat sulit bagi Israel.
10 Persen Kekuatan Hizbullah Bikin Tel Aviv Ketar-ketir
Selain Iran, Lebanon juga konsisten melancarkan serangannya ke Israel.
Meskipun mengalami pukulan signifikan selama seminggu terakhir lewat serangan masif Israel, Hizbullah telah mempertahankan ketajaman strategi perangnya.
Yedioth Ahronoth melaporkan pada Kamis (26/8/2024), Hizbullah telah meluncurkan rudal balistik Qader-1 yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kelompok Perlawanan Lebanon itu 'membombardir' markas besar Mossad di pinggiran Kota Tel Aviv.
Hal ini menjadi salah satu bukti ketajaman strategi perang Hizbullah.
"Itu merupakan tonggak sejarah bagi organisasi tersebut," kata laporan Yedioth Ahronoth.
Di mana tercatat pada 2006, Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah telah berjanji untuk membom Haifa dan sekitarnya sementara sekarang kelompok itu telah menunjukkan kemampuan untuk menyerang di luar Tel Aviv juga.
Artikel tersebut lebih lanjut menyoroti bahwa perang yang dilakukan Hizbullah untuk melawan Israel masih belum menggunakan kekuatan kelompok itu sepenuhnya.
Bahkan disebutkan Hizbullah baru menggunakan kekuatan hampir 10 persen.
"Bertentangan dengan apa yang dapat diharapkan, cakupan dan kualitas tembakan tidak mencerminkan kemampuan penuh Hizbullah. Ini adalah perang, tidak diragukan lagi, tetapi belum mendekati apa yang seharusnya," kata surat kabar itu.
Laporan tersebut memperkirakan bahwa Hizbullah belum menggunakan sepuluh persen kekuatannya.
“Menurut perkiraan, (Hizbullah) pasti berencana untuk menanggapi pukulan Israel yang diterimanya,” kata laporan itu.
Sementara pada hari Selasa (24/9/2024) juru bicara militer Israel Daniel Hagari mengakui bahwa Hizbullah memiliki berbagai kemampuan.
Hizbullah terus melancarkan serangan strategis terhadap pangkalan militer utama Israel.
Hal ini terjadi di tengah serangan Israel yang terus berlanjut.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)