Sebelumnya, juru bicara militer Israel, Nadav Shoshani, mengatakan operasi yang dilakukan pada hari Jumat disebut “Rezim Baru”.
"Operasi itu dilakukan ketika Nasrallah dan rantai kepemimpinan senior Hizbullah sedang bertemu untuk merencanakan serangan lebih lanjut terhadap Israel," lapor kata Radio Angkatan Darat Israel, mengutip pernyataan Nadav Shoshani.
“Kami memiliki intelijen real-time dan peluang operasional yang memungkinkan kami melakukan serangan ini,” katanya kepada wartawan, seperti diberitakan Al Hurra.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.586 jiwa dan 96.210 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Sabtu (28/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Jazeera.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengeklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel