Mereka, klaimnya, kemudian mengubrak-abrik peralatan seperti spanduk, layar televisi, dan beberapa barang lain sembari berteriak: 'bubar-bubar!'
Refly berkata ia dan para tamu diskusi yang ada di sana bergeming.
"Kami di dalam membiarkan saja, karena bukan level kami beradu fisik. Kami bukan orang yang biasa beradu fisik, tapi beradu pikiran," katanya.
"Kecuali beberapa ibu-ibu yang memprotes dengan nada keras, tapi dalam ruangan itu tidak terjadi bentrok fisik. Itu yang kami hindari."
"Setelah itu mereka keluar, tapi situasi sudah tidak lagi kondusif. Kami kemudian menggelar konferensi pers dan tak lama potongan video pembubaran itu viral di media sosial," sambungnya.
Dia menambahkan bahwa tidak ada satu pun polisi yang masuk dan mencoba menghentikan tindakan kelompok tersebut.
Refly kemudian bercerita usai insiden pembubaran itu Forum Tanah Air tetap melanjurkan acara. Tapi tak lagi sesuai rencana alias berubah jadi ajang silaturahmi semata.
Beberapa orang juga membicarakan soal Pancasila, UUD 1945, bahkan ada yang mempromosikan buku.
Intinya, kata dia, tak lagi menyoroti kebijakan-kebijakan Presiden Jokowi.
"Ide itu [Pancasila atau UUD] bukan gagasan dari Forum Tanah Air, karena kami lebih banyak concern pada evaluasi pemerintahan Jokowi dan bagaimana melihat pemerintahan Prabowo ke depan. Itu rencana yang mau didorong sesungguhnya," ungkap Refly.
Sampai akhirnya di tengah acara, klaimnya, seorang petugas hotel mendadak masuk ke ruangan dan meminta agar diskusi betul-betul dihentikan karena khawatir dengan ancaman kelompok pendemo di luar.
"Makanya Forum Tanah Air akhirnya menghentikan kegiatan itu. Jam 12:00 WIB kami bubar setelah makan-makan," ujarnya.
'Diskusi memang tidak perlu izin'
Refly Harun mengatakan Forum Tanah Air bukan kali pertama ini menggelar diskusi. Beberapa saat setelah KomisI Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil Pilpres 2024, FTA juga pernah membuat acara serupa.